Preview only show first 10 pages with watermark. For full document please download

Aldehid Dan Uji Formalin

   EMBED


Share

Transcript

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Mata Acara : Aldehid dan Uji Formalin Disusun Oleh : Sri Sintya Rahayu NPM 230210130005 Kelompok 2/Shift1 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JATINANGOR 2014 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Senyawa karbon merupakan senyawa yang kelimpahannya banyak dan beragam di alam semesta. Aldehida merupakan kelompok senyawa organik yang mengandung gugus karbonil yang memiliki persamaan dan perbedaan baik dari segi sifat-sifat kimia, fisika dan kegunaan dengan keton. Biasanya, aldehid bereaksi lebih cepat daripada keton terhadap suatu pereaksi yang sama. Hal ini disebabkan oleh karena atom karbon karbonil dari aldehid kurang terlindung dibandingkan keton. Begitu pula aldehid lebih mudah teroksidasi dari keton. Aldehid sangat mudah menjalani oksidasi menjadi asam karboksilat yang mengandung jumlah atom karbon yang sama banyaknya. Produk pangan dewasa ini semakin baragam bentuknya, baik itu dari segi jenisnya maupun dari segi rasa dan cara pengolahannya. Namun seiring dengan semakin pesatnya teknik pengolahan pangan, penambahan bahan-bahan aditif pada produk pangan sulit untuk dihindari. akibatnya keamanan pangan telah menjadi dasar pemilihan suatu produk pangan yang akan dikonsumsi. Formalin adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air. Formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara 20% - 40%. Formalin memiliki kemampuan yang sangat baik ketika mengawetkan makanan, namun walau daya awetnya sangat luar biasa, formalin dilarang digunakan pada makanan. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan aldehid dan perbedaannya dengan keton, maka dilakukan uji aldhid dengan metode Tollens dan bagaimana kandungan formalin di dalam makanan yang dikonsumsi maka dilakukan uji formalin. Tujuan Aldehid : Mengidentifikasi aldehid dengan menggunakan metode tollens Mengetahui pembentukan kaca perak melalui metode tollens Formalin : Mengidentifikasi formalin yang ada dalam sampel Prinsip Kerja Aldehid : Metode Tollens : realsi oksidasi aldehid menjadi asam karboksilat, dan reduksi larutan alkalis perak ammonium hidroksida menjadi logam perak. Formalin : Pembentukan senyawa kompleks yang menyebabkan perubahan warna BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aldehid Aldehida adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Aldehid memiliki sifat lebih reaktif daripada alkohol, dapat mengalami reaksi adisi, dapat mengalami reaksi oksidasi, aldehid dapat dioksidasi menjadi asam, dapat mengalami reaksi poli-merisasi. Karakteristik dari aldehid ini adalah berwujud gas pada suhu kamar dengan bau tidak enak, berwujud cair pada suhu kamar dengan bau sedap, senyawa polar sehinggan titik didihnya tinggi dan tidak berwarna. Struktur aldehid yaitu mengandung unsur C, H, dan O dengan rumus R-CHO, dimana R =adalah alkil dan –CHO adalah Gugus fungsi aldehida. 2.2 Formalin Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal, atau formalin), merupakan aldehida dengan rumus kimia H2CO, yang berbentuknya gas, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan yang dikenal sebagai paraformaldehyde atau trioxane. Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Pada umumnya, formaldehida terbentuk akibat reasi oksidasi katalitik pada metanol. Oleh sebab itu, formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia. Sementara formalin sendiri dikenal sebagai (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Seringkali disalahgunakan sebgaia pengawet pada bahan makanan seperti: tahu, bakso, mie basah, kerupuk, ikan kering, Ikan laut yang lama waktu penangkapannya masih dijumpai menggunakan formalin sebagai bahan pengawet. 2.3 Sampel Ikan 2.3.1 Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta) Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Actinopterygii Order : Perciformes Family : Scombridae Genus : Rastrelliger Species : Rastrelliger kanagurta Ikan kembung (Rastrelliger kanagurta) termasuk ke dalam Ordo Performes.Warna tubuh bagian atas kekuning-kunungan dan pada bagian ventral berwarna kuning keemasan.Yang membedakan kembung perempuan dengan kembung jantan adalah kalau ada kembung laki-laki terdapat bintik-bintik hitam pada bagian dorsalnya sedangkan pada bagian dorsal kembung perempuan tidak ada.Selain tubuhnya lebih gemuk dari pada ikan kembung laki-laki. Habitat ikan kembung adalah pada air laut(Saanin,1984). Gambar 1: ikan Kembung Ikan ini memiliki bentuk tubuh seperti torpedo dengan panjang tubuh serta hidup di sekitar dasar perairan dan permukaan perairan laut, tergolong ikan pelagis yang mengkehendaki perairan bersalinitas tinggi, suka hidup secara bergerombol baik diperairan pantai maupun dilepas pantai. Kebiasaan makanannya adalah memakan plankton besar atau kasar, copepoda dan crustacea (Kriswanto dan Suyanto,1986). Ciri lain dari morfologi ikan kembung adalah memiliki sirip ekor bercagak dua dan lekukkan dari cagak tersebut dimulai dekat pangkalnya. Pangkal sirip ekor bentuknya bulat kecil. Jari-jari lunak dari sirip ekor bercabang pada pangkalnya. Di belakang sirip punggung dan dubur, terdapat sirip-sirp tambahan yang kecil (Djuanda, 1981). Warna pada tubuh ikan mempunyai banyak fungsi. (Lager et al.1977) mengelompokkan fungsi-fungsi tersebut dalam tiga hal yaitu untuk persembunyian,penyamaran dan pemberitahuan. Jenis warna persembunyian meliputi pemiripan warna secara umum, pemiripan warna secara berubah, pemudaran warna, pewarnaan terpecah dan pewarnaan terpecah koinsiden. 2.3.2 Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) Klasifikasi Ikan Mujair Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Familia : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis mossambicus Gambar 2. Ikan Mujair Morfologi Ikan Mujair Mujair (Oreochromis mosambicus) yang sebelumnya dikenal sebagai Tilapia mosombica merupakan ikan ekonomis penting dan dikenal cukup luas oleh masyarakat di tanah air. Ikan yang merupakan kerabat dekat nila ini berasal dari Afrika dan secara alami banyak ditemukan di sungai-¬sungai di wilayah Mozambik. Ikan mujair merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih dengan warna abu-abu, coklat atau hitam. Ikan ini pertama kali di Indonesia ditemukan oleh bapak Mujair di muara sungai Serang pantai selatan Blitar Jawa Timur pada tahun 1939. Ikan mujair mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar garam/salinit as. Jenis ikan ini mempunyai kecepatan pertumbuhan yang relatif lebih cepat, tetapi setelah dewasa percepatan pertumbuhannya akan menurun. Panjang total maksimum yang dapat dicapai ikan mujair adalah 40 cm. Sirip punggungnya (dorsal) memiliki 15-17 duri (tajam) dan 10-13 jari-jari (duri berujung lunak); dan sirip dubur (anal) dengan 3 duri dan 9-12 jari-jari. Mujair termasuk ikan pemakan segala (omnivore) yang memiliki sifat rakus terhadap pakan. Pakan utamanya adalah lumut-lumutan, tumbuhan air, serta serangga dan hewan kecil seperti cacing. Ikan mujair mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar garam (salinitas), sehingga dapat hidup di air payau. Jenis ikan ini memiliki kecepatan pertumbuhan yang relatif cepat, tetapi setelah dewasa kecepatannya ini akan menurun. Mujair juga sangat peridi. Ikan ini mulai berbiak pada umur sekitar 3 bulan, dan setelah itu dapat berbiak setiap 1½ bulan sekali. Setiap kalinya, puluhan butir telur yang telah dibuahi akan 'dierami' dalam mulut induk betina, yang memerlukan waktu sekitar seminggu hingga menetas. Hingga beberapa hari setelahnya pun mulut ini tetap menjadi tempat perlindungan anak-anak ikan yang masih kecil, sampai anak-anak ini disapih induknya. Dengan demikian dalam waktu beberapa bulan saja, populasi ikan ini dapat meningkat sangat pesat. Apalagi mujair cukup mudah beradaptasi dengan aneka lingkungan perairan dan kondisi ketersediaan makanan. Anatomi Ikan Mujair Sistem Penutup Tubuh/Kulit Kulit terdiri dari 2 lapis : - epidermis; terluar, tipis, selalu berganti - dermis; di bawah epidermis, lebih tebal, tempat terbentuknya sisik - Fungsi kulit : 1. pembungkus/penutup tubuh 2. pertahanan pertama terhadap penyakit dan parasit 3. penyesuaian terhadap kondisi lingkungan 4. alat ekskresi – osmoregulasi 5. alat pernafasan tambahan Organ yang terdapat pada kulit : -sisik, termasuk skut dan kil - kelenjar lendir - kelenjar racun - sumber pewarnaan Kelenjar lendir : mengeluarkan lendir fungsi lendir : 1. mencegah gesekan badan dengan air, mempercepat gerakan 2. mencegah keluar-masuk air melalui kulit 3. mencegah infeksi 4. menutup luka 5. mencegah kekeringan (pada ikan paru-paru) 6. membuat sarang (pada spesies ikan tertentu Sistem Pencernaan Organ-organ : Saluran pencernaan terdiri dari (dari arah depan/anterior ke arah belakang/posterior) berturut-turut : hati, empedu, pankreasà lambung à esofagus àmulut/rongga mulut usus (pilorus dan pilorik saeka) Organ-organ tambahan : kelenjar hati, kelenjar empedu, dan kelenjar pancreas Organ-organ pelengkap : sungut, gigi, tapis insang. Ikan Asin Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat.Selain itu daging ikan yang diasinkan akan bertahan lebih lama dan terhindar dari kerusakan fisik akibat infestasi serangga, ulat lalat dan beberapa jasad renik perusak lainnya. BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Waktu : Jum'at, 23 Mei 2014 Tempat praktikum : Lab.Bioteknologi, Gedung 4 Universitas padjadjaran 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Tabung reaksi untuk tempat larutan dan mereaksikan dua atau lebih zat Rak tabung, berfungsi sebagai tempat tabung reaksi. Biasanya digunakan pada saat melakuka percobaan yang membutuhkan banyak tabung reaksi Pipet tetes, berfungsi untuk meneteskan atau mengambil larutan dengan jumlah sedikit Spatula, berfungsi untuk mengambil bahan-bahan kimia dalam bentuk padatan Neraca digital, berfungsi untuk menimbang suatu zat yang akan digunakan Pembakar spirtus, berfungsi untuk memanaskan larutan Gelas ukur, berfungsi mengukur larutan yang akan digunakan sesuai takaran Hot plate, Kertas saring, berfungsi untuk menyaring cairan yang berasal dari tumbukan padatan agar didapatkan hasil cairan 3.2.2 Bahan 1. perak nitrat (AgNO3) 5%, sebagai pereaksi pada saat uji aldehid 2. larutan NaOH sebagai pereaksi pada saat uji aldehid dan sebagai pengatur basa pula 3. NH4OH sebagai pereaksi dan pengatur larutan agar bening kembali pada saat uji aldehid 4. formalin (formaldehid) sebagai sampel yang akan di uji pada saat uji aldehid 5. air, sebagai penambah larutan agar didapatkan cairan dari sampel ikan 6. AL-A dan AL-B sebagai 7. ikan kembung, sebagai sampel yang akan di uji formalin 8. ikan asin, sebagai sampel yang akan di uji formalin 9. ikan 3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Aldehid AgNO3 sebanyak 1 ml Dimasukkan kedalam tabung reaksi Ditambahkan 1 tetes NaOH 10% Ditambahkan 10ml NH4OH tetes demi tetes,diaduk hingga endapan perak dioksida larut Ditambahkan formaldehid sebanyak 3 tetes Dikocok perlahan dan didiamkan 10 menit Diamati endapan perak yang terbentuk Hasil, terbentuk kaca perak 3.3.2 Formalin Sampel ikan 10 gram yang dicincang Ditambahkan 20ml air panas, dan diaduk Diambil 5 ml cairan hasil penyaringan Ditambahkan AL-A dan AL-B masing-masing sebanyak 4 tetes Dibiarkan 10 menit dan diamati perubahan warna Hasil positif, terjadi perubahan warna menjadi ungu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Aldehid Tabel 1. Hasil Uji Aldehid No Perlakuan Hasil 1. AgNO3 dan NaOH dicampurkan Ada endapan perak 2. Ditambahkan NH4OH Larutan bening kembali 3. Ditambahkan formalin Terbentuk kaca perak dibawah tabung reaksi (positif) Tabel 2. Hasil Uji Formalin No Sampel Kandungan Formalin 1. Ikan kembung kulit (pasar tradisional) ++ 2. Ikan kembung daging (pasar tradisonal) ++ 3. Ikan mujair kulit (pasar swalayan) - 4. Ikan mujair daging (pasar swalayan) ++ 5. Ikan asin - 6. Formalin +++ Keterangan : +++ : Banyak mengandung formalin ++ : Mengandung formalin : Tidak mengandung formalin 4.2 Pembahasan Pada praktikum kali ini yang di ujikan adalah aldehid dan uji formalin. Untuk uji aldehid menggunakan metode tollens. Prinsip dari uji Tollens ini adalah digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen Tollens yaitu AgNO3 dimana akan terjadi reaksi reduksi oksidasi. Aldehid dioksidasi menjadi asam karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi (Acton, 2013). Dalam praktikum identifikasi aldehid menggunakan uji Tollens, langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan. AgNO3 dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 1 ml menggunakan pipet tetes. Selanjutnya kedalam tabung reaksi ditambah 1 tetes NaOH 10% yang menjadikan larutan menjadi warna abu-abu dan adanya endapan berwarna abu-abu pula. Dengan reaksinya adalah AgNO3 + NaOH Ag(OH) + NaNO3 Kemudian ditambahkan beberapa tetes NH4OH menggunakan pipet tetes sebanyak 10 ml sampai larutan menjadi bening kembali, tujuan penambahan NH4OH ini adalah untuk mencegah terjadinya endapan pada larutan yang telah diberi NaOH. Hasilnya larutan tersebut menjadi bening kembali dan larutan pun diberi 3 tetes sampel yang berupa formaldehid . dalam uji aldehid ini dibutuhkan 15 tetes NH4OH agar AgNO3 kembali berwarna bening. Dengan reaksinya adalah Ag(OH) + NH4OH Ag(NH3)(OH) Selanjutnya ditambahkan 3 tetes formaldehid, tanpa pemanasan sudah terbentuk endapan cermin perak, oleh karena itu tidak perlu dilakukan pemanasan, karena pemanasan sendiri tujuannya adalah untuk mempercepat reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil uji tollens dengan formaldehid adalah positif dan formaldehid termasuk aldehid. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa formaldehid merupakan gugus aldehid dan memiliki gugus OH bebas sehingga bereaksi dalan uji tollens ini dan membentuk cermin perak (Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi adalah O O Ag(NH3) (OH) + HCH HCONH4 + Ag Pada praktikum selanjutnya adalah uji kualitatif formalin menggunakan sampel berupa ikan yang diambil dari pasar swalayan dan pasar tradisional. Yang pertama di uji adalah ikan kembung yang diambil dari pasar tradisional. Ikan kembung dibelah terlebih dahulu untuk diambil kulitnya dan diambil 10gr dagingnya yang kemudian di cincang. Setelah semuanya dirasa telah halus,ditambahkan 20ml air panas dan diaduk. Selanjutnya ditunggu beberapa menit dan didinginkan untuk dilakukan penyaringan. Penyaringan dilakukan untuk mengambil larutan dari cincangan daging saja dengan menggunakan kertas penyaringan secara perlahan. Setelah didapat hasil penyaringan, diambil 5 ml cairannya kedalam tabung reaksi. Cairan tersebut ditambahkan AL-A dan AL-B sebanyak 4 tetes. Larutan tersebut kemudian di vortek terlebih dahulu. Hasilnya menunjukan bahwa larutan berubah menjadi warna ungu, warna ungu tersebut dibandingkan dengan warna ungu dari formalin itu sendiri. Warnanya hampir sama, hal ini menunjukan bahwa ikan dari pasar tradisional baik kulit dan dagingnya sama-sama mengandung formalin yang sebenernya berbahaya bagi tubuh. Sampel ikan yang kedua adalah ikan dari swalayan. Perlakuan yang diberikan sama dengan sampel ikan sebelumnya. Yaitu mencincang daging dan kulitnya sehingga didapatkan cairannya. Hasil yang didapat dari uji kualitatif formalin ini adalah warna cairan pada sampel daging ikan berubah menjadi warna ungu yang hampir sama dengan warna ungu formalin yang sebenarnya, artinya daging pada ikan swalayan ini positof mengandung formalin. Namun pada cairan cincangan kulitnya tidak menunjukan perubahan warna ungu, itu artinya bahwa kulit pada ikan swalayan negatif mengandung formalin. Sampel ikan yang ketiga adalah ikan asin. Perlakuan pun sama dengan sampel-sampel ikan sebelumnya. Cairan cincangan pada ikan asin tidak menunjukan warna ungu. Itu artinya bahwa ikan asin tersebut negatif mengandung formalin. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Formaldehid (formalin) merupakan gugus aldehid dan memiliki gugus OH bebas sehingga bereaksi dalan uji tollens ini dan membentuk cermin perak 2. Ikan yang diambil dari pasar tradisional baik kulit dan dagingnya sama-sama mengandung formalin. Ikan yang diambil dari pasar swalayan kulitnya tidak mengandung formalin tetapi dagingnya mengandung formalin. Sedangkan pada ikan asin tidak mengandung formalin. Mengandung formalin ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi warna ungu. 5.2 Saran Dalam praktikum kali ini sebaiknya perlu diperdalam lagi materinya terutama mengenai uji tollens dan aldehid karena agar tidak terjadi kesalahan reaksi pada pembentukan kaca perak. Kemudian pada saat uji formalin sampel yang akan di ui harus ditumbuk dengan halus agar tidak lama pada saat proses penyaringan. DAFTAR PUSTAKA http://www.pustakasekolah.com/klasifikasi-ikan-mujair.html (diakses pada tanggal 28 Mei 2014) http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_asin diakses pada tanggal 28 Mei 2014) http://drewoktavianni.wordpress.com/2013/06/24/morfologi-ikan/ (diakses pada tanggal 28 Mei 2014) www.slideshare.net/innfebria/reaksi-terhadap-aldehid (diakses pada tanggal 28 Mei 2014) http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/sifat_senyawa_organik/aldehid_dan_keton/oksidasi_aldehid_dan_keton/ (diakses pada tanggal 28 Mei 2014) LAMPIRAN Gambar 1. AgNO3 dan NaOH Gambar 2. Ag(OH) dan NH4OH Gambar 3. Ag(NH3) dan Formalin Gambar 4. Uji Ikan Pasar Tradisional Gambar 5. Uji Ikan Pasar Swalayan Gambar 6. Uji Ikan Asin