Preview only show first 10 pages with watermark. For full document please download

Pendahuluan Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas bangsa ditentukan oleh kualitas penduduk yang tercermin pada kualitas sumberdaya manusia (SDM). Salah satu indikator kualitas penduduk adalah Human Development Index

   EMBED


Share

Transcript

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas bangsa ditentukan oleh kualitas penduduk yang tercermin pada kualitas sumberdaya manusia (SDM). Salah satu indikator kualitas penduduk adalah Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menggambarkan kemampuan manusia dalam meningkatkan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Berdasarkan data United Nation for Development Programme (UNDP), IPM Negara Indonesia pada Tahun 2010 menempati urutan ke-108 dari 169 negara di dunia, jauh di bawah Singapura (ke- 27) dan Malaysia (ke-57). Rendahnya kualitas SDM akan berdampak terhadap pembangunan suatu bangsa. Pembanguan diharapkan sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Akan tetapi, masih banyak masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Dilihat dari segi ekonomi, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2010 mencapai 31,02 juta (13,33 persen), menurun sebesar 1,51 juta jiwa dari tahun sebelumnya. Walaupun terjadi penurunan jumlah penduduk miskin, proporsi penduduk miskin paling banyak tetap berada pada wilayah perdesaan yaitu sekitar 64,23 persen dengan proporsi keluarga miskin terbesar berasal dari keluarga petani (BPS 2010a). Termasuk dalam kelompok ini adalah keluarga buruh pemetik melati yang memiliki pendapatan rendah serta rentan terhadap fluktuasi harga dan perubahan musim. Banyak keluarga miskin yang menggantungkan hidupnya pada pekerjaan yang tidak tetap, upah atau gaji yang rendah, tidak sehat, tidak aman dan memiliki kesempatan yang rendah untuk memperbaiki kondisi hidup mereka (CPRC 2009). Ketika menghadapi masalah ekonomi, keluarga melakukan suatu upaya agar kebutuhan anggota keluarga tetap terpenuhi. Dalam keadaan seperti ini, keluarga miskin cenderung lebih suka melakukan penghematan dibandingkan menambah pendapatan dimana strategi penghematan erat kaitannya dengan kemiskinan (Puspitawati 1998). Strategi lain yang dapat digunakan adalah dengan mengandalkan sumberdaya manusia yang ada, seperti anak-anak. Menurut Todaro dan Smith (2006), tingkat pendapatan yang rendah akan mendorong keluarga miskin untuk menambah anak. Hal ini karena anak dianggap sebagai tenaga kerja yang murah dan dapat dijadikan sandaran hidup di hari tua. Selain itu, akibat imbalan kerja yang rendah akan memunculkan peran ganda bagi istri yaitu bekerja di sektor domestik dan sektor publik. 2 Hartoyo (1998) mengatakan bahwa anak adalah sumber daya berharga dan tahan lama. Pada golongan keluarga miskin dan menengah, anak diharapkan dapat membantu orang tua di masa yang akan datang. Selain itu, anak adalah sumber daya untuk investasi. Salah satu investasi orang tua untuk membentuk SDM yang berkualitas adalah waktu dan pendapatan (uang). Hasil penelitian terhadap Suku Jawa dan Minang menunjukkan bahwa pengeluaran keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap alokasi waktu dan uang. Keluarga dengan penghasilan tinggi akan mencurahkan lebih banyak sumberdaya untuk meningkatkan kualitas anak. Keluarga yang besar dan pendapatan yang rendah akan mempersempit peluang keluarga miskin untuk menyekolahkan anak sebagai investasi jangka panjang. Hasil penelitian Susanto dan Elfindri (1996) di Mentawai yang diacu dalam Ali (2009) menunjukkan bahwa orang tua menganggap anak sebagai barang ekonomi yang nantinya dapat digunakan sebagai input tenaga kerja dalam kegiatan rumah tangga untuk anak perempuan dan input tenaga kerja lahan pertanian berpindah untuk anak laki-laki. Akibatnya, anak-anak dari keluarga miskin sering tidak terdaftar di Sekolah Dasar, tidak menyelesaikan Sekolah Dasar atau hanya mampu menyelesaikan pendidikan sampai Sekolah Dasar. Berdasarkan data Kemendiknas, terdapat 1,62 persen anak Sekolah Dasar tahun yang putus sekolah. Hasil ini belum sesuai dengan tujuan kedua dari Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menjamin bahwa sampai tahun 2015, semua anak laki-laki dan perempuan dapat menyelesaikan pendidikan dasar. Menurut penelitian Edwards dan Grossman (1979) diacu dalam Bryant dan Zick (2006), status kesehatan berpengaruh terhadap perkembangan intelektual anak, sehingga dapat dikatakan bahwa kesehatan berhubungan dengan pendidikan. Orang yang memiliki kesehatan baik akan memiliki waktu produktif yang lebih tinggi dan orang yang memiliki pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi tentang kesehatan. Pada dasarnya, tujuan dari investasi sumber daya manusia adalah sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. 3 Perumusan Masalah Data BPS menunjukkan bahwa masih terdapat sebesar 5,36 juta orang atau 16,56 persen penduduk Jawa Tengah yang tergolong sebagai penduduk miskin baik di perdesaan maupun perkotaan. Kabupaten Banjarnegara merupakan kabupaten yang memiliki jumlah penduduk miskin sebesar 27,18 persen dari total penduduk Jawa Tengah dan merupakan kabupaten dengan persentase penduduk miskin terbanyak kelima di Jawa Tengah (BPS 2010b). Berdasarkan data BPS Kabupaten Banjarnegara (2008) salah satu kecamatan di Kabupaten Banjarnegara yang memiliki penduduk miskin lebih dari satu per tiga dari total jumlah penduduk (32,27%) adalah Kecamatan Rakit. Penduduk di Kecamatan Rakit memiliki tingkat pendidikan yang didominasi oleh tamatan Sekolah Dasar/sederajat dan Sekolah Menengah Pertama/sederajat serta memiliki pekerjaan sebagai petani (45,97%). Kebutuhan rumah tangga yang semakin meningkat, sementara lahan dan kemampuan petani yang terbatas, mengakibatkan banyak keluarga petani dan buruh mengalami berbagai masalah, khususnya masalah finansial atau keuangan. Sebagian besar penduduk di Desa Gelang memiliki mata pencaharian di bidang pertanian, termasuk dalam golongan ini adalah buruh pemetik melati gambir. Melati gambir merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak ditanam oleh masyarakat di Desa Gelang karena melati merupakan tanaman yang bebas dimiliki oleh siapa saja yang dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan seperti salah satu bahan baku teh, minyak melati, parfum, kostmetik, obat, dan lain-lain. Kegiatan memetik melati gambir biasanya dilakukan oleh kaum perempuan. Penghasilan para buruh pemetik melati gambir sangat tergantung pada banyaknya bunga melati yang diperoleh, harga bunga melati, dan musim. Beberapa kondisi, yaitu keadaan harga melati yang dikendalikan oleh pasar dan rentannya hasil yang diperoleh terhadap perubahan musim mengharuskan buruh melati untuk mampu melakukan adaptasi agar kebutuhan rumah tangga dapat terpenuhi, termasuk pemenuhan kebutuhan untuk anak-anak seperti pendidikan dan kesehatan. Perannya sebagai buruh pemetik melati gambir, menjadikan perempuan memiliki peran ganda yaitu di sektor domestik (sebagai ibu rumah tangga) dan sektor umum (sebagai pencari nafkah). Akibatnya, kegiatan ibu rumah tangga tidak hanya fokus dalam mengasuh anak, akan tetapi juga fokus dalam kegiatan mencari nafkah. 4 Berdasarkan permasalahan diatas dapat dilihat beberapa rumusan masalah yang muncul, yaitu: 1. Bagaimana kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga? 2. Bagaimana status kesejahteraan keluarga buruh pemetik melati gambir? 3. Bagaimana strategi koping yang dijalankan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir ketika pendapatan keluarga menurun (harga melati gambir murah)? 4. Bagaimana perilaku investasi anak yang dilakukan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir? 5. Faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga, strategi koping dan perilaku investasi anak keluarga buruh pemetik melati gambir? Tujuan Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji strategi koping dan perilaku investasi anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir di Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain: 1. Menganalisis kontribusi istri terhadap pendapatan keluarga. 2. Menganalisis tingkat kesejahteraan keluarga buruh pemetik melati gambir. 3. Menganalisis strategi koping yang dijalankan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir ketika pendapatan keluarga menurun (harga melati gambir murah). 4. Menganalisis perilaku investasi anak yang dilakukan oleh keluarga buruh pemetik melati gambir. 5. Menganalisis faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga, strategi koping dan perilaku investasi anak keluarga buruh pemetik melati gambir. 5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini bagi beberapa pihak antara lain: a. Bagi peneliti, dapat mengasah kemampuan berfikir logis dan sistematis, mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapatkan, dan sebagai media pengembangan keilmuan sesuai dengan bidang keilmuan peneliti. b. Bagi civitas akademika (IPB), dapat menyumbang referensi baru dalam khasanah penelitian tentang kajian strategi koping dan perilaku investasi anak pada keluarga buruh pemetik melati gambir. c. Bagi masyarakat, penelitian ini akan memberikan gambaran mengenai kondisi kesejahteraan, strategi koping, dan perilaku investasi anak yang dilakukan oleh buruh pemetik melati gambir. d. Bagi pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Banjarnegara adalah untuk memberikan informasi terkait kesejahteraan dan kualitas SDM di wilayah penelitian. Selain itu, dapat digunakan sebagai alat bantu untuk memecahkan permasalahan dan pengambilan keputusan penentu kebijakan bagi masyarakat, khususnya masalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia.