Preview only show first 10 pages with watermark. For full document please download

Upacara Kematian Di Tana Toraja : Rambu Solo

UPACARA KEMATIAN DI TANA TORAJA : RAMBU SOLO Dikerjakan O L E H Rotua Tresna Nurhayati Manurung NIM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM NON GELAR D3 PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN

   EMBED

  • Rating

  • Date

    June 2018
  • Size

    899.2KB
  • Views

    8,630
  • Categories


Share

Transcript

UPACARA KEMATIAN DI TANA TORAJA : RAMBU SOLO Dikerjakan O L E H Rotua Tresna Nurhayati Manurung NIM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM NON GELAR D3 PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN 2009 UPACARA KEMATIAN DI TANA TORAJA : RAMBU SOLO KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H Rotua Tresna Nurhayati Manurung NIM PEMBIMBING Dr. Asmyta Surbakti, M.Si. NIP Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non Gelar Fakultas Sastra USU Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III dalam Program Studi Pariwisata UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM NON GELAR D3 PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN 2009 PENGESAHAN Diterima Oleh : Panitia Ujian Program pendidikan Non Gelar Sastra dan Budaya Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Diploma III Dalam Bidang Studi Pariwisata Pada : Hari : Tanggal : Fakultas Sastra USU Medan Dekan, Drs. SYAIFUDDIN, MA. Ph.D. NIP Panitia Ujian No. Nama Tanda Tangan 1. Dr. Asmyta Surbakti, M.Si. ( Pembimbing) ( ) 2. Drs. Parlaungan Ritonga, M.Hum. ( Pembaca ) ( ) 3. Drs. Ridwan Azhar, M.Hum. (Ketua Program) ( ) 4. Drs.Mukhtar Madjid, S.Sos,SE,Par,MA(Sekretaris Program)( ) Disetujui Oleh: PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN PROGRAM STUDI PARIWISATA KETUA Drs. Ridwan Azhar, M.Hum. NIP KATA PENGANTAR Segala puji, hormat dan syukur hanya bagi Tuhan Yesus Kristus karena telah menolong dan memberikan hikmat pada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan kertas karya yang berjudul UPACARA KEMATIAN DI TANA TORAJA : RAMBU SOLO. Hanya karena rahmat dan berkat-nyalah maka penulisan kertas karya ini akhirnya rampung. Dalam menyelesaikan kertas karya ini penulis banyak mengalami suka dan duka. Namun karena dukungan, bantuan, dorongan, dan motivasi dari banyak pihak maka penulis kuat menghadapi hambatan dan kendala tersebut. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada: 1. Bapak Drs. Syaifuddin, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Drs. Ridwan Azhar, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Pariwisata Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Mukhtar Madjid, S.Sos, SE,Par,MA selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Pariwisata Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Drs. Solahudin Nasution selaku Dosen Koordinator Praktek Jurusan Pariwisata Program Studi Usaha Wisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. 5. Ibu Dr. Asmyta Surbakti, M.Si., selaku dosen pembimbing yang banyak sekali memberi masukan dan arahan pada penulis hingga dapat menyelesaikan kertas karya ini. 6. Bapak Drs. Parlaungan Ritonga, M.Hum., selaku dosen pembaca, yang rela meluangkan waktunya untuk membaca kertas karya ini sehingga menjadi lebih baik. 7. Dosen dan staf pengajar pariwisata, yang selama ini telah memberi banyak ilmu pada penulis, khususnya buat almarhum Hazed Djoeli, panutan dalam hatiku, I really love you, Sir. 8. Bapak tercinta, J. Manurung dan Mamak terkasih, H. E. Marpaung yang sudah begitu sabar menunggu ananda pulang membawa ijazah. Maafkan kegagalanku di masa lalu. Tuhan Yesus mengasihi kalian. 9. Adik- adikku, Amelia, Naomi dan Dona, terimakasih buat sokongan morilnya ya. God blezz you all sweetheart. 10. Anak- anakku, Plo, UJ, Uci, Once, Lindung, Ok3, dan Pipis. 11. Teman- teman di Pariwisata khususnya stambuk Yogi, Fiqi, Rico, Tipen, Budi, Faisal, Uci, Pipis, Nova, Arum, Dinda, (team ekspedisi ke Pusuk Buhit ). 13. Orang- orang yang tak bisa penulis sebutkan namanya satu per satu. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam kertas karya ini, baik dari segi isi maupun penulisan. Harapan penulis, semoga kertas karya ini menjadi suatu langkah awal dalam meningkatkan ilmu pariwisata di masa mendatang. Medan, 18 Maret 2009 Penulis Rotua Tresna Nurhayati Manurung Nim ABSTRAK Dewasa ini kegiatan kepariwisataan sudah dianggap sebagai salah satu aktivitas ekonomi dan alternatif dalam mengatasi pendapatan atau devisa negara, bahkan ada satu negara di dunia ini menomorsatukan atau memprioritraskan sector pariwisata misalnya Swiss yang pendapatan negaranya didominasi oleh sektor pariwisata. Di Indonesia pengembangan pariwisata menempati posisi ketiga setelah sektor industri dan pertanian. Pengembangan pariwisata harusnya lebih giat digalakkan sebab mengingat sumber daya alam yang melimpah serta pesona alam kita yang indah dan didukung oleh kebudayaan yang beragam dan tentunya memiliki keunikan tersendiri membuat kegiatan kepariwisataan berkesempatan untuk mengatasi keadaan ekonomi kita yang semakin hari semakin terpuruk. Wisata budaya mungkin salah satu menjadi solusinya disebabkan kita memiliki keunikan budaya di setiap daerah yang didukung oleh keindahan alam. Kita bisa berkaca pada sektor pariwisata di Bali yang wisata alam dan wisata budayanya sama- sama maju akibatnya penduduk yang ada di sana hampir 99% memilih terjun ke dalam sektor pariwisata. Bayangkan saja dengan satu paket busana tradisional Bali seorang putri Bali memperoleh ratusan ribu rupiah per harinya, dengan cara foto bersama wisatawan kemudian dengan sedikit keahlian seni fotografi hasil dari foto tersebut dijual lagi pada wisatawan. Tana Toraja dikenal dengan kegiatan pemakamannya yang tidak lazim,yaitu dikubur dalam dinding gua. Hal ini bisa menjadi paket wisata yang menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Mengingat adanya konsep dalam dunia pariwisata bahwa semakin besar perbedaan antara wisatawan yang berkunjung dengan daerah yang dikunjungi, maka semakin besar daya tariknya, karena semakin besar kemungkinan perubahan kebudayaan yang dituju. Keywords : Pariwisata, kebudayaan, Tana Toraja DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i ABSTRAK. iii DAFTAR ISI. iv DAFTAR GAMBAR. vi DAFTAR TABEL.. vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alasan Pemilihan Judul Pembatasan Masalah Metode Penelitian Tujuan Penulisan Sistematika Penulisan... 6 BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN 13.1 Apakah Pariwisata Itu Pengertian Wisatawan Klasifikasi Motif Wisata Objek dan Atraksi Wisata Pengaruh Pariwisata Terhadap Kebudayaan BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG TANA TORAJA 3.1 Kabupaten Tana Toraja Keadaan Umum Tana Toraja Topografi, Suku, Bahasa, Kondisi Sosial Tana Toraja Topografi Tana Toraja Suku Toraja Bahasa Toraja Kondisi Sosial Tana Toraja. 37 3.4 Perjalanan ke Tana Toraja 37 BAB IV UPACARA ADAT RAMBU SOLO 4.1 Mitos Aluk Kesatuan Adat Upacara Adat Rambu Solo Pemakaman Tingkatan upacara Rambu Solo Upacara tertinggi Nilai Tradisi vs Keagamaan Tempat Upacara Pemakaman Adat Rante Lemo Tampang Allo To'Doyan Patane Pong Massangka Ta'pan Langkan Sipore' Tau- Tau. 58 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Saran.. 60 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 : Sistem Pariwisata. 9 Gambar 2.2 : Struktur wisatawan menurut opini WTO 12 Gambar 2.3 : Sumber- sumber atraksi wisata 16 Gambar 3.1 : Logo Kabupaten Tana Toraja.. 19 Gambar 3. 2: Peta Sulawesi Selatan 20 Gambar 3.3 Ibukota Kab.Tana Toraja.. 23 Gambar 3.4 Tongkonan Gambar 3.5 Tongkonan Gambar 3.6 Tongkonan Gambar 3.7 Tongkonan Gambar 3.8 Kota kabupaten Tana Toraja. 39 Gambar 3.9 Kete kesu Gambar 3.10 Bori 43 Gambar 3.11 Batutumonga 44 Gambar 4.1 Upacara Rambu Solo 49 Gambar 4. 2 Rante 56 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Status Daerah, Letak Geografis dan Topografi Desa.. 30 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan identitas dan komunitas suatu daerah yang dibangun dari kesepakatan - kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya dapat menggambarkan kepribadian suatu bangsa sehingga budaya dapat menjadikan ukuran bagi majunya suatu peradaban manusia. Menurut Drs. Joko Tri Prasetya dalam bukunya Ilmu Budaya Dasar, kebudayaan = cultuur ( bahasa Belanda) = culture ( bahasa Inggris) = tsaqafah (bahasa Arab), berasal dari perkataan Latin colere, yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Ditinjau dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Adapun ahli antropologi yang merumuskan defenisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah E.B.Taylor, yang menulis dalam bukunya yang terkenal Primitive Culture, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Defenisi lain dikemukakan oleh R. Linton dalam buku The Cultural Background of Personality, bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku, yang unsur- unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota dari masyarakat tertentu. Dalam tiap masyarakat, baik yang kompleks maupun yang sederhana, ada sejumlah nilai budaya yang satu dengan lain berkaitan hingga merupakan suatu sistem, dan sistem itu sebagai pedoman dari konsep- konsep ideal dalam kebudayaan memberi pendorong yang kuat terhadap arah kebudayaan masyarakatnya. Bangsa Indonesia dengan keberagaman budayanya juga memiliki tradisi terkait proses pemakaman anggota dari suatu kelompok pendukung kebudayaan tertentu. Tiap daerah punya tradisi menghormati kematian. Dalam buku Agama dan Upacara (2002 : ), beberapa diantaranya yaitu ngaben, merupakan upacara pembakaran mayat di Bali; Sarimatua, upacara besar untuk menghormati orang yang meninggal di Sumatera Utara; Fanoro, suatu upacara untuk mengantar roh ke alam baka di Nias; Entas- entas, suatu upacara yang berlangsung selama tiga hari untuk membantu roh orang mati kembali ke surga, dilaksanakan oleh orang Tengger (orang Jawa Hindu); Tiwah, upacara pemakaman bagi masyarakat Dayak di Kalimantan; Wetu Telu, upacara mengantar jiwa ke alam baka, dilaksanakan oleh orang Sasak di Pulau Lombok; Jipae, pesta yang diadakan beberapa tahun setelah orang tersebut mati, dan berlangsung selama berbulan- bulan, dilaksanakan oleh suku Asmat di Irian; Tutus, tempat duduk untuk upacara pemakaman terakhir orang- orang yang dihormati, dilaksanakan oleh orang Rote di Pulau Timor; dan Rambu Solo, di Tana Toraja, adalah sebuah upacara pemakaman secara adat yang mewajibkan keluarga almarhum membuat sebuah pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah pergi. Masyarakat Toraja sejak dahulu dikenal sebagai masyarakat religius dan memiliki integritas yang tinggi dalam menjunjung tinggi budayanya. Menurut Suhamihardja dalam bukunya Adat Istiadat dan Kepercayaan Sulawesi Selatan, (1977: 29), suku bangsa Toraja terkenal sebagai suku bangsa yang masih teguh memegang adat. Setiap pekerjaan mesti dilaksanakan menurut adat, karena melanggar adat adalah suatu pantangan dan masyarakat memandang rendah terhadap perlakuan yang memandang rendah adat itu. Apalagi dalam kelahiran, perkawinan, kematian, upacara adat tidak boleh ditinggalkan. Pada umumnya upacara adat itu dilakukan dengan besar- besaran, sehingga orang luar akan menaruh kesan sebagai pemborosan kekayaan, sedangkan bagi masyarakat Toraja sendiri hal itu sudah seharusnya. Karena anggapan mereka apabila upacara itu diadakan semakin meriah, semakin banyak harta dikorbankan untuk itu, semakin baik. Dan gengsi sosial bagi orang yang bersangkutan akan semakin tinggi, status naik dan terpuji dalam pandangan masyarakat. Kebanyakan yang melakukan hal itu adalah golongan orang- orang bangsawan. Waktu untuk melakukan upacara memang sangat lama. Namun, upacara kematian yang juga merupakan suatu paket wisata ini tetap banyak diminati wisatawan padahal biaya untuk masuk lokasi ini saja tidak sedikit. Wisatawan domestik maupun mancanegara tertarik untuk melihat pola kehidupan masyarakat Tana Toraja terutama dalam hal upacara kematian. Bagaimana tidak, biasanya orang mati dikuburkan di tanah. Tetapi, secara mengagumkan kebudayaan Tana Toraja malah menguburkan mayat di atas bukit. Rambu Solo memang layak diperkenalkan pada wisatawan di luar Tana Toraja. Karena itulah penulis mengangkat judul UPACARA KEMATIAN DI TANA TORAJA : RAMBU SOLO 1.2 Alasan Pemilihan Judul Adapun alasan penulis dalam memilih judul kertas karya ini adalah : 1. Sebagai seorang mahasiswa Program Studi Pariwisata Jurusan Usaha Wisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara merasa tertarik untuk mengangkat topik ini. 2. Topik ini belum pernah dibahas secara mendetail selama penulis mengikuti perkuliahan. 3. Sebagai sumbangsih penulis pada dunia kepariwisataan Sulawesi Selatan khususnya dan pariwisata nasional pada umumnya. 4. Untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya Toraja yang unik yang pada hakekatnya banyak mengandung nilai-nilai seni dan religius yang tinggi. 1.3 Pembatasan Masalah Pada umumnya setiap karya tulis perlu dibuat pembatasan masalah supaya tujuan pembahasan tetap terarah dan tidak meyimpang dari target yang dibicarakan. Pembatasan masalah sangat berguna mengingat budaya di Tana Toraja memilki aspek yang begitu luas. Untuk menghindari kekeliruan dalam penulisan kertas karya ini, maka penulis memfokuskan kertas karya ini pada budaya Rambu Solo yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata budaya. 1.4 Metode Penelitian Dalam menyelesaikan kertas karya ini, penulis hanya menggunakan metode penelitian perpustakaan ( Library Research) yaitu pengumpulan data dengan memanfaatkan buku- buku perpustakaan, diktat, dan majalah yang ada hubungannya dengan kertas karya ini. Selain itu penulis juga menggunakan media internet sebagai tambahan materi pada kertas karya ini. Penulis tidak bisa melakukan observasi langsung ke Tana Toraja mengingat jarak yang jauh. Di samping itu penulis tinggal di daerah yang tidak terdapat suku tersebut. 1.5 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah : 1. Sebagai salah satu syarat dalam meyelesaikan perkuliahan pada Program Studi Diploma III Pariwisata, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. 2. Menjelaskan beberapa peninggalan sejarah suku Tana Toraja kepada para pembaca. 3. Untuk mengetahui sejauh mana peran penduduk setempat dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan tersebut. 4. Untuk mengetahui asal- usul serta aktivitas penduduk Tana Toraja pada zaman dahulu. 5. Sebagai perbandingan antara teori yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan selama 5 semester di program studi pariwisata dan pengalaman di lapangan. 6. Memperkaya wawasan pembaca akan kebudayaan suku di Indonesia. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penulisan kertas karya ini, penulis merasa perlu membuat sistematika penulisan yang merupakan dasar penguraian selanjutnya. Adapun sistematika tersebut adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang, alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, metode penelitian, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II : URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN Pada bab ini penulis menguraikan tentang apakah pariwisata itu, pengertian wisatawan, klasifikasi motif wisata, objek dan atraksi wisata, dan pengaruh pariwisata terhadap kebudayaan. BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG TANA TORAJA Pada bab ini penulis menguraikan tentang Kabupaten Tana Toraja, keadaan umum Tana Toraja, Topografi, suku, bahasa, kondisi sosial Tana Toraja, dan perjalanan ke Tana Toraja. BAB IV : UPACARA ADAT RAMBU SOLO Pada bab ini penulis menguraikan tentang mitos, aluk, kesatuan adat, upacara adat Rambu Solo, pemakaman, nilai tradisi vs keagamaan, tempat upacara pemakaman adat, dan tau- tau. BAB V : PENUTUP Pada bab ini penulis menguraikan tentang kesimpulan dan saran. BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN 2.1 Apakah Pariwisata Itu Istilah pariwisata konon untuk pertama kali digunakan oleh mendiang Presiden Soekarno dalam suatu percakapan sebagai padanan dari istilah asing tourism (sumber: Soekadijo, Anatomi Pariwisata, 1997: 1). Sementara itu apa yang dimaksud dengan pariwisata itu harus disimpulkan dari cara orang menggunakan istilah itu. Selain defenisi di atas, Marpaung dalam bukunya Pengetahuan Kepariwisataan (2002: 13) mengatakan bahwa pariwisata ialah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaanpekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas dilakukan selama mereka tinggal di tempat yang dituju dan fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka. perjalanan pariwisata ialah perjalanan untuk keluar dari keadaan biasanya dan ini dipengaruhi oleh keberadaan ekonomi, fisik dan kesejahteraan sosial wisatawan yang akan melakukan kegiatan wisata. Harapan dan penyesuaian dibuat oleh penduduk yang menerima mereka dan terdapat peran pengantara dan instansi pengelola perjalanan wisata menjadi penengah antara wisatawan dan penduduk di daerah tujuan wisata. Masih menurut Marpaung, pengelolaan kegiatan pariwisata sangat diperlukan dalam rangka menahan wisatawan untuk tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata dan bagaimana agar wisatawan membelanjakan uang sebanyakbanyaknya selama melakukan perjalanan wisata. Makin lama wisatawan berada di suatu tempat sudah pasti pengeluaran mereka ssemakin banyak. Untuk mengamati lebih lanjut, maka perlu dikenali sistem yang terjadi dalam penyelenggaraan kepariwisataan yang memperlihatkan proses pergerakan wisatawan dari daerah aslinya menuju daerah tujuan wisata, seperti gambar di bawah ini: Lingkungan ( fisik, sosbud, pol) Gambar 2.1 : Sistem Pariwisata Daerah Asal Daerah Wisata Asal Wisata Kembalinya Wisatawan Kunjungan wisatawan Daerah Tujuan Wisata Industri yang melayani: Tiket Pemandu Wisata Pemasaran & promosi Jasa Perantara Transportasi Komunikasi Industri yang melayani: Akomodasi Transportasi Makan minum Hiburan Sumber: Lepier dalam Marpaung, Sistem kepariwisataan yang kompleks ini menurut pengelola usaha pariwisata mampu mengontrol perubahan- perubahan yang terjadi di lingkungannya, mengelola sumber daya manusia yang mampu menjaga mutu produk, dan menjaga karakterisitik pariwisata yang akan datang ke daerahnya. Dari model yang sederhana di atas, dapat dilihat bahwa kepariwisataan dapat dipandang sebagai suatu jajaran dari seluruh individu, perusahaan, organisasi, dan pengantar dari suatu kegiatan wisata. Kepariwisataan merupakan suatu pemahaman dan pendekatan multidimensi dengan aktivitas- aktivitas yang melibatkan kehidupan dan kegiatan- kegiatan ekonomi yang berbeda, sehingga tidaklah berlebihan apabila pendefenisian kepariwisatan sulit untuk dibakukan. 2.2 Pengertian Wisatawan Menurut Oxford English Dictionary (1933: 190) defenisi dari wisatawan (tourist) adalah orang yang melakukan perjalanan, terutama yang melakukannya untuk rekreasi ; orang yang melakukan perjalanan untuk kesenangan dan kebudayaan, orang yang mengunjungi sejumlah tempat untuk melihat- lihat objek- objek wisata dengan pemandangan yang menarik atau hal- hal lain dengan tujuan yang sama. Defenisi Liga Bangsa- Bangsa dalam buku Anatomi Pariwisata (1997: 14) menyebutkan bahwa orang yang termasuk wisatawan ialah orang yang mengadakan perjalanan untuk bersenang- senang (pleasure), karena alasan keluarga, kesehatan dan sebagainya, orang yang mengadakan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan- pertemuan atau sebagai utusan (ilmiah, administratif, diplomatik, keagamaan, atletik dan sebagainya), orang yang mengadakan perjalanan bisnis, dan orang yang datang dalam rangka pelayaran pesiar (sea cruise), juga kalau ia tinggal kurang dari 24 jam. Menurut Soekadijo dalam buku Anatomi Pariwisata (1997: 17) dicatat bahwa dalam instruksi Presiden RI No. 9 tahun 1969, tertulis dalam Bab 1 pasal 1, wisatawan (tourist) adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain untuk menikmati perjalanan dalam kunjungan itu. Defenisi ini telah mencakup wisatawan dalam dan luar negeri namun tidak memberi batas waktu kunjungannya. Untuk tujuan prakt