Preview only show first 10 pages with watermark. For full document please download

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (tb) Paru Merupakan Penyakit Infeksi. Yang Disebabkan Oleh Mycobacterium Tuberculosis Yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang terjadi saat partikel udara kecil yang mengandung tuberkel basil

   EMBED

  • Rating

  • Date

    May 2018
  • Size

    151.1KB
  • Views

    7,222
  • Categories


Share

Transcript

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang terjadi saat partikel udara kecil yang mengandung tuberkel basil terinhalasi dan masuk ke dalam paruparu. Kondisi patologis dari infeksi paru tergantung pada sensitivitas inang yang terinfeksi, dan digolongkan menjadi TB primer dan post primer. Secara mikroskopis, reaksi perlawanan awal saat pertemuan dengan M. tuberculosis adalah pergerakan neutrofil ke tempat masuknya bakteri. Kemudian nekrosis caseosa cepat terbentuk dan mengundang reaksi limfosit, histiosit, dan giant cell, yang biasanya diikuti fibrosis mural. Pada TB primer, terjadi fibrosis dan penyembuhan, sedangkan pada TB post primer cenderung berkembang, dengan fokus peradangan dan nekrosis yang membesar yang menempati sebagian besar parenkim paru (Kim et al., 2001). Akibat perubahan-perubahan yang terjadi karena infeksi TB, muncul sekuele pada paru yang ditandai dengan kerusakan struktur bronkial dan parenkim paru 1 2 pada banyak pasien. Termasuk juga distorsi bronkovaskular, bronkiektasis, emfisema, dan fibrosis (Di Naso et al., 2011). Pada tahun 1993, World Health Organization (WHO) mendeklarasikan TB sebagai kegawatdaruratan global, dan sementara perbaikan terhadap kontrol TB terus dilaksanakan, TB terus menjadi penyebab kematian utama akibat penyakit infeksi di banyak negara di dunia. Hal ini terjadi karena pada tahun 1990, WHO melaporkan bahwa 1,9 milyar orang atau sepertiga populasi dunia terinfeksi TB dengan jumlah kematian mencapai 3 juta kematian per tahun (WHO, 1994). Pada tahun 2007, WHO memperkirakan terjadi 9,27 juta kasus baru dengan insidensi 139/ penduduk (WHO, 2009). Pada tahun 2011, WHO memperkirakan terjadi 8,7 juta kasus baru dan 1,4 juta orang meninggal akibat TB (WHO, 2012). Dari jumlah yang diperkirakan pada tahun 2011, negara-negara di benua Asia (59%) dan Afrika (26%) berkontribusi besar pada kasus TB yang terjadi. Sebagian kecil kasus terjadi di wilayah Mediterania Timur (7,7%), Eropa (4,3%), dan Amerika (3%). Wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat menyumbang 60% dari kasus secara global. Lima negara dengan jumlah kasus terbesar pada tahun 2011 adalah India (2,0-2,5 juta), 3 Cina (0,9-1,1 juta), Afrika Selatan (0,4-0,6 juta), Indonesia (0,4-0,5 juta), dan Pakistan (0,3-0,5 juta) (WHO, 2012). Pada tahun 2011, WHO memperkirakan kasus TB yang muncul di Indonesia adalah kasus dengan insidensi 187/ penduduk dan jumlah kematian mencapai 27/ penduduk (WHO, 2012). Di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, diperoleh data prevalensi sebesar 55,91/ penduduk. Prevalensi di kabupaten Gunung Kidul 25,76, kabupaten Kulon Progo 40,17, kabupaten Bantul 43,42, kabupaten Sleman 45,83, dan kota Yogyakarta 168,13; per penduduk (Kemkes, 2011). Pasien yang memiliki sekuele akan mengakibatkan adanya sesak nafas yang disebabkan oleh lesi pada saluran nafas, dinding dada dan parenkim paru (Longo, et al., 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Sivaranjini dkk pada tahun 2010 menyatakan bahwa gejala sisa atau sekuele pada penyakit tuberkulosis paru juga sangat berdampak pada kapasitas fungsional pada orang tua di India. Dari banyaknya pasien TB yang ada, masih sedikit literatur yang membahas tentang sekuele pada pasien pasca pengobatan TB khususnya mengenai hubungan antara derajat sesak nafas dengan kapasitas fungsional. 4 B. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara derajat sesak nafas (skala sesak nafas MRC) dengan kapasitas fungsional (jarak tempuh uji jalan 6 menit) pada pasien sekuele tuberkulosis paru? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara derajat sesak nafas (skala sesak nafas MRC) dengan kapasitas fungsional (jarak tempuh uji jalan 6 menit) pada pasien sekuele tuberkulosis paru. D. Keaslian Penelitian Dari literatur yang ada, hanya ada sedikit studi yang meneliti tentang sekuele TB khususnya mengenai hubungan antara derajat sesak nafas dengan kapasitas fungsional. Ditemukan studi tahun 2011 oleh Di Naso dkk yang membandingkan fungsi paru pada pasien yang mendapat single treatment dengan multiple treatment dan MDRTB. Ditemukan juga studi tahun 2010 oleh Sivaranjini dkk yang membandingkan kapasitas fungsional pada orang normal dengan penderita sekuele TB paru. Di Indonesia, studi mengenai topik ini belum pernah dilakukan, lebih khususnya di RSUP Dr. Sardjito dan BP4 Yogyakarta. 5 Tabel 1. Daftar penelitian-penelitian sebelumnya Penelitian Desain Variabel Cara Variabel (tahun) sampel bebas pengukuran tergantung Di Naso et Grup I vs al. (2011) Grup II Sivaranjini et al. (2010) Crosssectional (27) Case control Sekuele TB (60) Control (60) Sekuele TB: Grup I (single treatment) Grup II (multiple treatment and MDRTB) Sekuele TB & Control (healthy subjects) Sekuele TB vs Control Fungsi paru Kekuatan otot respirasi Kapasitas fungsional paru Kapasitas fungsional paru Cara pengukuran Spirometry Manovacuometry 6MWT 6MWT Hasil FVC: 72,06±14,95 vs 43,58±16,03 (p 0,001) FEV1: 66,13±19.87 vs 33,08±15,64 (p 0,001) FVC/FEV1: 77,10±16,81 vs 61,75±18,13 (p=0,032) PEF: 5,57±2,47 vs 2,36±0.98 (p 0,001) MIP: 68,40±22,78 vs 49,58±12,55 (p=0,017) MEP: 87,20±27,30 vs 59,08±12,23 (p=0,003) 6MWD: 484,21±74,01 vs 334,75±104,07 (p=0,001) Usia: 55,72±5,28 vs 56,06±5,13 (p=0,355) TB: 151,19±9,79 vs 153,29±8,76 (p=0,216) BB: 56,85±10,99 vs 38,25±7,66 (p 0,0001) BMI: 24,82±4,31 vs 16,11±2,97 (p 0,0001) 6MWD: 445±56,64 vs 265,06±78,13 (p 0,0001) VO 2 MAX : 34,79±4,37 vs 20,62±6,07 (p 0,0001) 6 E. Manfaat Penelitian Pasien Pasien akan mendapat informasi mengenai sekuele TB paru, sehingga dapat mengerti lebih dalam tentang penyakit beserta hubungan antara derajat sesak nafas dengan kapasitas fungsional. Pasien akan mengerti kondisi tubuhnya, sehingga pasien dapat memandu dirinya sendiri dalam beraktivitas sehari-hari. Institusi Penelitian ini akan menyediakan data dan statistik mengenai hubungan antara derajat sesak nafas dengan kapasitas fungsional pada pasien sekuele TB paru serta dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut. Peneliti Penelitian ini akan memberikan informasi dan pengetahuan mengenai hubungan antara derajat sesak nafas dengan kapasitas fungsional pada pasien sekuele TB paru. Peneliti juga mendapat kesempatan untuk memperoleh pengalaman belajar dalam membuat sebuah penelitian.