Preview only show first 10 pages with watermark. For full document please download

Bab Ii Tinjauan Pustaka

11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film Sebagai Media Massa Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Dalam kerangka behaviorisme, media

   EMBED

  • Rating

  • Date

    May 2018
  • Size

    336.1KB
  • Views

    2,267
  • Categories


Share

Transcript

11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film Sebagai Media Massa Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Dalam kerangka behaviorisme, media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan, atau proses imitasi (belajar sosial). Khalayak sendiri dianggap sebagai kepala kosong yang siap untuk menampung seluruh pesan komunikasi yang dicurahkan kepadanya. Pesan komunikasi dianggap sebagai benda yang dilihat sama baik oleh komunikator maupun komunikan. 16 Film adalah media komunikasi massa, yaitu alat penyampaian berbagai jenis pesan dalam peradaban modern ini. Dalam penggunaan lain, film menjadi medium untuk mengutarakan gagasan, ide melalui suatu wawasan keindahan. Kedua pemanfaatan tersebut secara unik terjalin dalam perangkat teknologi film yang semakin canggih dari waktu ke waktu yang merupakan suatu kekuatan yang dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan tingkah laku. Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar yang sifatnya audio dan visual dalam bentuk film. 17 Menurut James Monaco, seorang kritikus film dan ahli komunikasi massa Amerika Serikat, dalam bukunya How to Read a Film yang dikutip oleh sumarno mengatakan bahwa film secara luas, yaitu yang direkam dalam media yang 16 Jalalludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya-Bandung, Elvinaro Ardianto dan Lukianto Komala Erdinaya. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung : Simbosa Rekatama Media hal 12 tergolong rumpun citra bergerak (moving images). Rumpun citra bergerak ini meliputi rekaman film yang lainnya untuk ditayangkan di bioskop, rekaman pada pita video, piringan laser, serta siaran TV. Dr. Phil Astrid S. Susanto, juga menegaskan bahwa esensi film adalah gerakan atau lebih tepat lagi gambar yang bergerak, dahulu juga dikenal sebagai gambar hidup, dan dari gerakan itulah yang akhirnya menampilkan nuansa hidup pada suatu gambar. Selain dari gambar yang bergerak, sebuah film yang baik juga harus mengandung unsur-unsur dialog dan music. Dialog dan music hanya dipergunakan apabila film tidak atau kurang mampu memberikan kesan yang jelas kepada komunikan, sehingga dialog maupun musik merupakan alat bantu penguat ekspresi. 18 Selain unsur diatas, kenyataan pada film merupakan hal yang penting pula, unsur kenyataan tersebut meliputi unsur, sungguh-sungguh terjadi dan sedang dialami oleh khalayak. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa film Jamila dan Sang Presiden ini hadir pada kondisi dan saat yang tepat. Trafficking atau perdagangan orang merupakan realita yang terjadi dalam masyarakat khususnya, masyarakat kalangan bawah di Indonesia, saat ini.selain dari gerakan yang disebabkan oleh pelaku maupun kamera,unsur penataan cahaya juga dapat membantu memberikan kesan kenyataan dalam sebuah film. Dalam hal ini film sebagai bentuk media massa memiliki ide dasar mengenai tujuan media dalam masyarakat : 1. Informasi 18 Marselli Sumarno. Dasar-dasar apresiasi film Jakarta: Grasndo Hal. 58 13 a. Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi di dalam masyarakat dan dunia. b. Menunjukan hubungan kekuasaan. c. Memudahkan inovasi, adaptasi, dan kemajuan. 2. Korelasi a. Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi. b. Menjunjang otoritas dan norma-norma yang mapan. c. Melakukan sosialisasi. d. Mengkoordianssi beberapa kegiatan e. Membentuk kesepakatan. f. Menentukan urutan prioritas dan memberikan status relatif. 3. Kesinambungan a. Mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan kebudayaan khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru. b. Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai. 4. Hiburan a. Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian dan sarana relaksasi. b. Meredakan ketegangan sosial. 5. Mobilisasi a. Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangungan ekonomi, pekerjaan dan kadang kala juga dalam bidang agama, seni dan budaya. 14 Meskipun fillm sebagai penemuan teknologi baru yang telah muncul pada akhur abad 19, tetapi apa yang dapat diberikan sebenarnya tidak terlalu baru dilihat dari segi isi atau fungsi. Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum. Kehadirna film sebagian merupakan respon terhadap penemuan waktu luang diluar jam kerja dan jawaban terhadap kebutuhan menikmati waktu senggang secara hemat dan sehat bagi seluruh anggota keluarga Unsur Unsur Film Proses produksi film merupakan kerja kolaboratif karena melibatkan sejumlah keahlian tenaga kreatif seperti; sutradara, penulis skenario, penata fotografi, penyunting, penata artistik, penata suara, penata musik, dan pemeran. 20 Unsur unsur film inilah yang saling mendukung dan saling mengisi untuk membuat sebuah film serta menghasilkan bahasa film yang harus dikenali. Karena film bercerita tentang kehidupan dan segala hal didunia, sehingga penting untuk mengenali dan memahami tehnik visual dan filmis agar kita paham bagaimana kita dipengaruhi oleh apa yang kita lihat dan dengar melalui film. Unsur-unsur film itu antara lain: 19 Dennis Mc.Quail. Teori Komunikasi masa: suatu pengantar. Jakarta: Penerbit Erlangga Hal Asrul Sani. Cara Menilai Sebuah Film. Jakarta : Yayasan Citra.1986 15 1. Sutradara Sutradara memiliki tanggung jawab yang meliputi aspek-aspek kreatif, baik interpretatif maupun teknis dari sebuah produksi film. Seorang sutradara harus mampu membuat film dengan wawasan serta keartistikan untuk mengontrol film dari awal produksi hingga tahap penyelesaian. 2. penulis skenario skenario film atau script diibaratkan kerangka bagi tubuh manusia. Skenario yang baik dinilai dari efektivitasnya sebagai cetak biru sebuah film. Skenario film harus disampaikan dalam deskripsi visual dan harus mengandung ritme adegan beserta dialog yang selaras dengan tuntutan sebuah film. 3. penata fotografi penata fotografi atau juru kamera bekerjasama dengan sutradara untuk menentukan jenis shot, jenis lensa, membuat komposisi dari subyek yang hendak direkam. Unsur-unsur fotografi: a. kamera kamera adalah suatu alat atau peralatan yang merupakan gabungan sistem optik, mekanik, dan elektronik yang memiliki fungsi untuk menghasilkan gambar melalui signal video. Gambar yang dihasilkan dapat berupa gambar diam (still picture) atau gambar bergerak (motion picture). Selanjutnya gambar yang dihasilkan pasti akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan. Diantaranya; menyatukan persepsi yang berbeda; lebih meyakinkan (mengenai informasi yang 16 ditafsirkan); mengingatkan kembali peristiwa yang pernah terjadi; atau menimbulkan efek emosional pada penonton atau pemirsa. Berdasakan pemakaiannya, kamera dapat dibedakan atas tiga, yaitu: 1. kamera fotografi menghasilkan gambar diam (still picture) misalnya; foto keluarga, foto untuk kalender, slide dan dapat digunakan sebagai bahan dokumentasi, bahan belajar, dan lain-lain. Kamera ini merupakan cikal bakal dari pembuatan dan pemanfaatan kamera film dan televisi. 2. kamera film, menghasilkan gambar bergerak (motion picture) yang dapat ditonton di bioskop atau studio mini (film layar lebar). Ukuran bahan film yang digunakan adalah 8mm, 16mm, 35mm dan 70mm. dari semua ukuran, yang paling sering digunakan adalah film yang berukuran 35mm atau 70mm. 3. kamera televisi juga menghasilkan gambar bergerak. Kamera ini dugunakan untuk memproduksi acara-acara TV yang berupa berita dan non berita seperti sinetron, drama music, kuis dan lainnya. Ukuran bahan filmnya sebesar 16mm. karena proses kerja yang mempergunakan reserval film lebih cepat, maka jenis ini banyak digunakan untuk pengambilan gambar untuk program news atau berita. 17 b. tata cahaya Adalah seni pengaturan cahaya dengan menggunakan peralatan pencahayaan agar kamera mampu melihat objek secara jelas, dan menciptakan ilusi sehingga penonton mendapat kesan adanya jarak, ruang, waktu dan suasana dari suatu kejadian yang dipertunjukan dalam film atau TV. Seperti halnya mata manusia, kamera video membutuhkan cahaya yang cukup agar bisa berfungsi secara efektif. Dengan pencahayaan penonton akan bisa melihat seperti apa bentuk obyek, dimana dia saling berhubungan dengan obyek lainnya, dengan lingkungannya dan kapan peristiwa itu terjadi. Tujuan penataan cahaya: a. secara teknis 1. menerangi obyek maupun subyek yang berhubungan dengan kebutuhan sistem kerja kamera elektonik, yaitu memperoleh cahaya dasar (base light). Sehingga kamera mampu melihat objek dengan jelas. 2. Menghasilkan contrast ratio yang tepat, perbandingan cahaya yang kuat dan bayangan tidak menyolok, begitu juga warna-warna yang terang dan gelap. 3. Mengatur suhu warna yang tepat, sehingga warna kulit manusia akan Nampak alamiah. 18 b. secara artistik 1. memperjelas bentuk dan dimensi objek. Sehingga tercipta ruang 3D prespektif, kedalaman dapat dimunculkan dengan pengolahan sudut kamera, blocking kamera, set disain, dan penggunaan tata cahaya yang berkaitan dengan textture, shape (bentuk tertentu), form (bentuk). 2. Menciptakan ilusi dari sebuah realitas. 3. Menciptakan kesan (mood) dari sebuah adegan seperti suasana gelap untuk kondisi dramatis misteri, suasana terang dalam kondisi keceriaan atau kegembiraan. 4. Memusatkan perhatian pada unsur-unsur penting dalam suatu adegen (scene). 5. Mengkontribusi berbagai aspek estetik dalam pengkomposisian, misalnya seseorang berjalan dari tempat gelap melewati bawah lampu yang terang kemudian menuju ke gelap lagi. c. jenis shot ragam shot atau jenis pengambilan gambar bertujuan untuk variasi dalam sebuah film sehingga pergerakan gambar terjadi dengan dinamis dan tidak membosankan. Setiap production house mempunyai kaidah yang berbeda dalam hal istilah dan pemakaian jenis shot. Berikut beberapa istilah yang sering dipakai: 19 1. Establish shot Sebuah shot dimana menampilkan keluasan pandangan. Misalnya gambar gedung istana Negara. 2. Medium Shot Shot yang menampilkan objek secara medium, misalnya; pada saat Jamila menunggu kedatangan Susi di gang tempat mereka janjian. 3. Long Shot Shot yang menampilkan keseluruhan objeknya. Misalnya; suasana di sekitar jalan protokol saat Susi membuka jendela rumah kontrakannya. 4. Medium Close Up Shot yang menampilkan objek secara medium dan sedikit fokus. Misalnya Jamila remaja saat berbincang dengan ibu serta adiknya di sebuah bangku Peron sebelum keberangkatan Jamila ke rumah keluarga Wardiman. 5. Close Up Shot yang menampilkan objek secara close up. Misalnya; raut muka sedih Jamila saat mengingat adiknya Fatima. 6. Exteme Close Up Shot yang menampilkan objek secara ekstrim. Misalnya; bibir hakim yang membacakan keputusan pengadilan. 20 4. Penyunting Tenaga pelaksana penyuntingan atau editing disebut editor atau penyunting,yang bertugas menyusun hasil syuting hingga membentuk pengertian cerita. Seorang editor dapat melakukan pemotongan, penyempurnaan dan pembentukan kembali untuk medapatkan isi yang diinginkan. 5. penata artistik penata artistik bertugas menterjemahkan konsep visual sutradara kepada pengertian-pengertian visual. Penata artistik didampingi oleh tim kerja yang terdiri dari penata kostum, bagian make up, tenaga dekorasi, dan jika diperlukan tenaga pembuat efek khusus. 6. penata suara sebagai media audio visual, film tidak boleh hanya memikirkan aspek visual tapi juga system tata suara yang membuat pertunjukan film menjadi lebih hidup. 7. penata musik sejak dahulu musik dianggap penting untuk mendampingi film. Karena musik memiliki fungsi: a. membantu merangkaikan adegan b. menutupi kelemahan atau cacat dalam film c. menunjukan suasana batin tokoh-tokoh utama film d. menunjukan suasana waktu dan tempat 21 e. mengiringi kemunculan susunan kerabat kerja atau nama-nama pendukung produksi f. mengiringi adegan dengan ritme cepat g. mengantisipasi adegan mendatang dan membentuk ketegangan produksi h. menegaskan karakter lewat musik. 8. Pemeran Akting film diartikan sebagai kemampuan berlaku sebagai oranglain. Seorang pemeran harus memiliki kecerdasan untuk mengausai diri dan melakukan pengamatan serta latihan sebelum pelaksanaan syuting. 8 syarat kita bisa menikmati akting dalam film: a. Pemilihan pemeran yang tepat dalam setiap produksi film b. Make up yang memuaskan c. Pemahaman yang cerdas dari pemeran tentang peran yang dibawakan d. Kewajaran dalam akting e. Kecakapan menggunakan dialog f. Memiliki kemampuan untuk melakukan timing yaitu; tampil dengan tepat, bicara pada saat yang tepat, bergerak dengan waktu yang tepat g. Adanya adegan dramatic untuk dimainkan oleh para pemeran Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris Cinematography yang berasal dari bahasa Latin kinema 'gambar'. Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian 22 gambar yang dapat menyampaikan ide (dapat mengemban cerita). Sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan seni atau teknologi dan bagaimana cara menyampaikan ide melalui image yang bergerak ataupun tanpa suara. Film apapun pada hakikatnya memiliki nilai-nilai kebaikan, walaupun sajiannya kadang tidak transparan oleh berbagai kepentingan lain seperti politik, ekonomi, agama dan budaya. Sehingga penonton tahu bahwa fillm pada prinsipnya memiliki fungsi ganda, yakni; sebagai tuntutan dan tontonan. Tuntutan artinya film dituntut untuk mendidik. Sebagai tontonan hiburan, film memiliki fungsi sosial, sekaligus membawa informasi dan sanggup mempengaruhi selera, sikapsikap, nilai, pengertian dan kesadaran manusia mengenai diri dan lingkungan kehidupannya Jenis-Jenis Film Penggolongan jenis film tidaklah ketat, karena sebuah film dapat dimasukan kedalam berbagai jenis. Misalnya sebuah film drama-komedi, dan film komedi-laga, tetapi pada dasarnya film dapat dikelompokkan ke dalam dua pembagian besar, yakni kategori film cerita (film fiksi) dan film non cerita (film non-fiksi). a. Film cerita (film fiksi). Film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dibuat-buat, dikarang, dimainkan oleh aktor dan aktris. Film cerita bersifat komersial, dipertunjukan di bioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar di TV 21 Dudung Burhanudin. Makalah film yang mendidik dan pendidikan film bagi generasi muda pada aspresiasi film Indonesia III. Direktorat pembinan film dan rekaman video. Jakarta: 1998 23 dengan dukungan sponsor iklan tertentu. Film cerita memiliki berbagai jenis atau disebut juga genre. Ada yang disebut film drama, film horror, film perang, film sejarah, film fiksi ilimiah, film komedi, film laga (action), film musikal, dan film koboi. b. Film non cerita (film non-fiksi) Kategori film yang mengambil kenyataan sebagai subyek. Film non cerita memiliki berbagai jenis, namun pada awalnya hanya ada 2 tipe film non cerita yakni film documenter dan film faktual Konstruksi Realitas Sosial Istilah konstruksi sosial atas realitas (Social Construction of Reality), menjai terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality, A Threatise in the Sociological of Knowledge pada tahun Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif. Asal mula konstruksi sosial adalah dari filsafat konstruktivisme, yang dimulai dari gagasan konstruktif kognitif. Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme 23 yaitu: 1. Konstruktivisme Radikal Konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran manusia. Kaum konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai kriteria kebenaran. 22 Ibid.. Hal 24 Pengetahuan bagi mereka tidak merefleksikan suatu realitas ontologisme objektif, namun sebagai sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari individu yang mengetahui dan tidak dapat ditransfer kepada individu lain yang pasif. Karena itu konstruksi harus dilakukan sendiri olehnya terhadap pengetahuan itu. Sedangkan lingkungan adalah sarana terjadinya konstruksi itu. 2. Realisme Hipotesis Dalam pandangan realisme hipotesis, pengetahuan adalah sebuah hipotesisdari struktur realitas yang mendekati realita kepada pengetahuan yang hakiki. 3. Konstruktivisme Biasa Sedangkan konstruktivisme biasa mengambil semua konsekuensi konstruktivisme dan memahami pengetahuan sebagai gambaran dari realitas itu. Kemudian pengetahuan individu dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari realitas objek dalam dirinya sendiri. Dari ketiga konstruktivisme diatas terdapat kesamaan, dimana konstruktivisme dilhat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada, karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau yang ada disekitarnya. Kemudian individu membangun sendiri pengetahuan atara realtias yang dilihatnya itu, berdaasarkan pada sruktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya, yang oleh Piaget disebut dengan skema 25 atau skemata. Konstruktivisme macam ini yang oleh Berger dan Luckman disebut dengan konstruksi sosial. 24 Berger dan Luckman memulai penjelasan realitas sosial dengan memisahkan kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas, yang diakui memeliki keberadaan (beeing) yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri. Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitasrealitas itu nyata atau real dan memiliki karakteristik yang spesifik. Berger dan Luckman mengatakan istitusi masyarakat yang tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Meskipun masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata secara objektif, namun pada kenyataannya semuanya dibangun dalam definisi subjektif melalui proses interaksi. Objektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan oleh oranglain yang memiliki definisi subjektif yang sama. 25 Pada tingkat generalitas yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam makna simbolik yang universal, yaitu pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang memberikan legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosial serta memberi makna pada berbagai bidang kehidupannya. Secara singkat terjadi dialektika atara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui: 26 eksternasilasi, objektivasi dan internalisasi, dimana Eksternalisasi adalah usaha ekpresi diri manusia ke dalam dunia luar, baik kegiatan mental maupun fisik dan momen ini bersifat Mursanto, Peter Berger Realitas Sosial Agama dalam tim redaksi diskursus kemasyarakatan dan kemanusian. Jakarta: Gramedia.1993.hal 227. 26 kodratimanusia. Ia selalu mencurahkan diri ke tempat dimana ia berada, ia ingin menemukan dirinya dalam suatu dunia, dalam suatu komunitas. Dan, istilah yang membedakannya dengan binatang. Sejak lahir, bahkan sejak masa foetal, binatang sudah menyelesaikan masa perkembangannya. Tetapi, perkembangan manusia, supaya bisa disebut manusia, belum selesai pada waktu dilahirkan. Ia perlu berproses dengan cara berinteraksi dengan lingkungan dan mereaksinya terus menerus baik fisik maupun non fisik, sampai ia remaja, dewasa, tua, dan mati. Artinya, selama hidup manusia selalu menemukan dirinya dengan jalan mencurahkan dirinya dalam dunia. Sifat belum selesai ini dilakukan terusmenerus dalam rangka menemukan dan membentuk eksistensi diri. Objektivikasi 27 adalah hasil yang telah dicapai baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia. Hasilnya berupa realitas objektif yang terpisah dari dirinya. Bahkan, realitas objektif yang dihasilkan berpontesi untuk berhadapan (bahkan mengendalikan) dengan si penghasil itu sendiri. Misalnya, dari kegiatan eksternalisasi manusia menghasilkan alat demi kemudahaan hidupnya; cangkul untuk meningkatkan pengolahan pertanianatau bahasa untuk melancarkan komunikasi. Ke