Preview only show first 10 pages with watermark. For full document please download

Inovasi Pembelajaran Matematika Berbasis Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Matematis Siswa. Prof. H. Yaya S. Kusumah, M.sc., Ph.d.

INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR MATEMATIS SISWA Prof. H. Yaya S. Kusumah, M.Sc., Ph.D. Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana

   EMBED


Share

Transcript

INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR MATEMATIS SISWA Prof. H. Yaya S. Kusumah, M.Sc., Ph.D. Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Abstract One of the most important emphases in the new curriculum (K2013) is that students are expected to have a number of competencies which can be used for solving problems in various situations. Some of these competencies include critical, logical, creative, and systematical thinking abilities, which should be applicable in dealing with various problems in their daily life. This high demands definitely require the implementation of new approaches and methods of teaching, based on the characteristics of the concepts, the level of students thinking, the application of the concepts in real world, and the use of appropriate information technology. It is necessary for teachers to understand and apply appropriate models of teaching in order that they can optimize students motivation; enhancing students interest in dealing with mathematics; maximizing students process of learning; and assisting students in using some current sophisticated technological devices in the latest development. Teachers should be motivated, encouraged, and assisted in using information technology for their teaching activities, particularly in information technology-based instruction, to enhance students learning achievement. In this paper, the needs of information technology application in mathematics teaching and learning are described, followed by the discussions which cover the use of computers as media in mathematics teaching, some varieties of information technology-based instruction, and a number of different types of interactions which can be utilized in information technology-based instructions. Keywords: the 21st century skills, innovation, information technology, mathematics teaching, information technology-based instruction, computer-assisted instruction, multimedia. A. Tuntutan Kompetensi Abad 21 dalam Dunia Pendidikan Tantangan hidup di era digital dalam dunia yang semakin mengglobal terasa semakin mengental. Tuntutan untuk mampu berpartisipasi aktif dalam berbagai event dalam dunia modern menjadi kian berat, dan hampir semua kegiatan yang dihadapi menuntut kemampuan yang prima disertai dengan mutu yang tinggi dan kompetitif.tanpa persiapan yang dirancang secara matang untuk menghadapi berbagai tantangan itu, kita akan semakin ketinggalan dan senantiasa menjadi penonton di berbagai kesempatan, selalu menjadi obyek dan sulit menjadi subyek. Salah satu ciri khas abad 21 adalah bahwa dunia kita ini semakin kompleks, saling terhubung satu dengan lainnya, dan senantiasa mengalami perubahan yang amat pesat. Munculnya fenomena modernisasi, globalisasi, dan digitalisasi telah memunculkan adanya dunia yang tanpa sekat, tanpa batas. Begitu derasnya arus informasi yang mengalir di dunia yang semakin mengglobal memerlukan kemahiran memilih dan memilah data dan informasi untuk dijadikan sebagai bahan kesimpulan secara tepat dan akurat. Prosiding SEMNAS Pendidikan Matematika 2017 ISBN Tuntutan dari dunia yang seakan tidak mengenal batas ini adalah perlunya kemahiran dalam berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung, nyata maupun maya, melalui penguasaan teknologi, baik teknologi secara umum, maupun teknnologi informasi dan komunikasi. Semua informasi yang diperoleh perlu digali dan dikaji, dianalisis dan disintesis agar memberikan makna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menjadi bekal dalam menghadapi tantangan permasalahan keseharian yang semakin sulit dan rumit. Pengembangan kompetensi abad 21 (the 21st century skills) menuntut adaya materi-materi yang memuat tema interdisipliner termasuk kesadaran global, literasi finansial, literasi kewarganegaraan, dan literasi lingkungan. Untuk memenuhi kemampuan ini, diperlukan beberapa ketrampilan: (1) Ketrampilan Belajar dan Pembaharuan, (2) Informasi, dan Ketrampilan Media/Teknologi, (3) Ketrampilan hidup dan karir (Toh & Kaur, 2016). Dalam mengahadapi situasi dunia yang senantiasa berubah, diperlukan kemampuan yang juga harus diasah dan dikembangkan setiap saat. Kemampuan ini mencakup kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi dan representasi, kemampuan koneksi dan komunikasi. B. Tingkat Kemampuan Siswa dalam Pembelajaran di Tanah Air Dunia pendidikan tak luput pula dari dampak perkembangan global. Imbas terhadap dunia pendidikan dari bergulirnya AFTA (Asean Free Trade Area), yang sekarang berkembang menjadi Asean China Free Trade Area (ACFTA), sudah tak terhindarkan lagi. Perkembangan ini mendorong kita untuk kembali mengkaji kemampuan-kemampuan sebagai bekal dalam menghadapi persaingan di era globalisasi. Diperlukan persiapan dan usaha maksimal agar bangsa kita sejajar dengan bangsa lain dan siap bersaing dalam menghadapi AFTA/ACFTA. Untuk membenahi dunia pendidikan, faktor sumber daya manusia merupakan salah satu fokus utama yang perlu didiskusikan dalam seminar bidang pendidikan dan penelitian pendidikan, karena sumber daya manusia (SDM) kita masih perlu ditingkatkan. Data ini diperlihatkan International Achievement Education (IEA), yang menyebutkan bahwa siswa SD di Indonesia menempati peringkat ke-38 dari 39 negara peserta; kemampuan siswa SMP dalam matematika menempati peringkat ke- 39 dari 42 negara peserta; kemampuan siswa SMP dalam IPA adalah dalam peringkat ke-40 dari 42 negara peserta. Data dari thethird International Mathematics and Science Study Repeat (TIMSS-R) juga mengungkapkan bahwa kemampuan matematis siswa SMP di negara kita berada pada peringkat ke-34 dari keseluruhan 38 negara peserta (Mullis, 1999, 2004). Pada tahun-tahun berikutnya thethird International Mathematics and Science Study berubahnamamenjadi the Trends in International Mathematics and Science Study. IEA (2008) juga mengindikasikan bahwa kemampuan siswa Indonesia menempati urutan ke-36 dari 48 negara yang berpartisipasi. Hasil ini merupakan prestasi siswa kelas VIII dalam bidang matematika, yang mencakup aspek pengetahuan dalam fakta, prosedur, konsep, penerapan pengetahuan dan pemahaman konsep (Mullis, et. al. 2008). Prestasi siswa Indonesia dalam matematika juga diungkapkan oleh hasil tes PISA 2006 yang menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 52 dari 57 negara. PISA secara khusus menelusuri kemampuan siswa dalam kemampuan Prosiding SEMNAS Pendidikan Matematika 2017 ISBN pemecahan masalah (problemsolving), penalaran (reasoning), dan komunikasi (communication).indonesia, untuk pertama kalinya, terlibat dalam PISA di tahun Pada tahun 2003, Indonesia kembali menghadiri asesmen internasional ini, bersama 48 negara lainnya (OECD, 2003). Dalam kajian latar belakang siswa, PISA menganalisis demografi, status sosial-ekonomi, harapan, motivasi, dan disiplin siswa. Semua data ini dipadu dengan demografi sekolah yang meliputi organisasi sekolah, keadaan staf, model pembelajaran, dan atmosfir akademik. Pada dasarnya terdapat 3 kelompok kompetensi dalam PISA yang ditanyakan: kelompok pengetahuan, latar belakang siswa, dan latar belakang sekolah. Dalam kelompok pengetahuan, yang diujikan mencakup ketrampilan membaca, matematika dan ilmu pengetahuan alam.pisa mengukur kompetensi siswa dalam 3 aspek utama: (1) isi (struktur) materi yang diperoleh siswa; (2) proses yang dikerjakan siswa dalam menyajikan argumentasi; dan (3) reaksi siswa di saat mereka dihadapkan pada permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diselesaikan dengan model matematika dan perhitungan matematis. Aspek utama yang dinilai dalam PISA terdiri dari definisi, materi (konten), proses, dan dimensi situasi. Konten matematika mencakup perubahan, hubungan, ruang, dan bentuk. Selain itu, siswa juga harus trampil dalam berhitung. Di tahuntahun yang akan datang, PISA juga akan memasukkan topik probabilitas. PISA memberi waktu 210 menit untuk matematika. Total waktu ujian bersama dengan IPA dan bahasa adalah 390 menit. Dalam PISA terdapat 6 tingkat profisiensi yang diuji, yakni: (1) menjawab pertanyaan dalam konteks umum, mengenali informasi dan menyelesaikan masalah dengan menggunakan prosedur rutin; (2) menafsirkan dan mengenali situasi dalam konteks yang membutuhkan penarikan kesimpulan secara langsung; (3) melaksanakan prosedur secara tepat, menggunakan representasi dari berbagai sumber, menyatakan alasan yang digunakan, dan mengkomunikasikan interpretasi dan penalaran; (4) bekerja secara efektif dengan model dan konteks yang konkrit yang dimilikinya, memilih dan memadukan semua jenis representasi dan mengamati keterkaitannya dengan dunia nyata; (5) bekerja dengan sebuah model dalam situasi yang kompleks, memahami semua persyaratan atau faktor pembatas (kendala) yang mungkin ada, memilih, membedakan dan menilai beberapa strategi untuk menyelesaikan masalah yang rumit terkait dengan model dengan menggunakan penalaran yang mendalam dan kemampuan koneksi matematis yang baik, melakukan proses refleksi dan mengkomunikasikan ide dan pikirannya, menerapkan pemahaman yang dalam dengan menggunakan strategi dan pendekatan baru secara mendalam, menafsirkan dan menyajikan argumentasinya. Kajian PISA sangat bermanfaat untuk mengenali tingkat literasi matematis siswa di beberapa negara; untuk merancang rujukan (benchmark) bagi tujuan penyempurnaan; dan untuk memahami kekuatan dan kelemahan sistem pendidikan di negara-negara yang terlibat dalam PISA. Selain melalui PISA, rendahnya kualitas SDM kita juga dapat dilihat dari peringkat yang dikeluarkan Human Development Index (HDI) dari UNDP, yang menyatakan bahwa kita hanya menempati peringkat ke-110. Bandingkan dengan peringkat negara Asia lainnya: Vietnam (109), Cina (96), Filipina (77), Thailand (70), Malaysia (59), Brunei Darussalam (32), Singapura (25), dan Jepang (9). Prosiding SEMNAS Pendidikan Matematika 2017 ISBN Di lain pihak, pada dasawarsa sekarang ini pengembangan kualitas sumber daya melalui pendidikan, yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dipacu secara pesat oleh adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong terciptanya kemudahan-kemudahan dalam mengakses informasi, dan memperkecil waktu yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Kemudahan ini semestinya semakin meminimialisir permasalahan-permasalahan dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan matematika. Hadirnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberi kesempatan pada seluruh siswa untuk semakin leluasa mengakses informasi yang relevan sesuai kebutuhan dan tuntutan; bereksplorasi dan menemukan sendiri konsep-konsep matematika yang terkandung dalam program komputer yang diberikan. Hal ini akan memicu pendayagunaan kemampuan siswa secara optimal, sehingga diharapkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dapat ditingkatkan. Penelusuran dan implementasi informasi yang hampir tiada batas ini memerlukan adanya kemampuan dalam cara mengakses sumber informasi, memilih dan memilah jenis dan tipe informasi, serta menganalisis, dan menarik kesimpulan. Kemampuan seperti ini dapat diperoleh melalui pengembangan kemampuan berfikir kritis, logis, sistematis, analitis, kreatif, dan produktif. C. Aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika Berbagai kemajuan pesat dalam perkembangan komputer dan internet dewasa ini secara langsung dan tidak langsung telah memacu para guru di sekolah-sekolah untuk menerapkan teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran dan upaya peningkatan kompetensi profesional. Untuk mengembangkan kemampuan ini, guru perlu dibekali dengan kemampuan yang memadai dalam praktek-praktek penggunaan teknologi agar mereka dapat meningkatkan kualitas penyajian ide, pikiran, dan gagasan di depan kelas. Guru harus mengenal teknologi pembelajaran (teknologi instruksional) yang memberi alat perhitungan, grafik dan simbolik, untuk tujuan eksplorasi, investigasi, inkuiri, generalisasi, dan penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi ini harus digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan harus mampu memberi siswa dengan ilham dan pemahaman. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru hendaknya memahami karakterikstik berbagai media yang didukung teknologi, mengetahui cara-cara penggunaannya, di samping mengerti keunggulan dan kelemahannya. Guru hendaknya mampu mengaplikasikan alat-alat pendidikan agar kualitas pembelajaran menjadi semakin baik: komputer, kalkulator, dan teknologi lainnya; alat peraga sebagai model; gambar, diagram, tabel, dan grafik; istilah dan simbol konvensional dan istilah yang ditemukan; metafora, analogi, dan cerita; hipotesis, penjelasan dan argumen tertulis, presentasi lisan dan dramatisasi.kemampuan dalam menggunakan teknologi pendidikan ini diperlukan semua guru untuk tujuan peningkatan kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran melalui berbagai model dan pendekatan yang beragam. Komputer, sebagai alat dan media, banyak memiliki kemampuanyang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Komputer bisa berfungsi sebagai alat eksplorasi di dalam laboratorium atau sebagai pembantu guru dalam tutorial di dalam kelas. Dipadu dengan layar lebar dan proyektor LCD, kini komputer merupakan media yang sangat ampuh, menarik, dan praktis dalam pembelajaran. Melalui Prosiding SEMNAS Pendidikan Matematika 2017 ISBN kegiatan eksplorasi dan penjelajahan konsep lewat bantuan fasilitas komputer dan jaringan internet, siswa dapat memahami materi pelajaran secara luas dan mendalam, memperoleh berbagai informasi yang penting dalam waktu yang relatif cepat, dengan biaya yang semakin relatif murah. Melalui jaringan internet, yang terkoneksi secara global dengan jutaan jaringan komputer di berbagai belahan dunia, komunikasi dapat dilakukan secara internasional dengan biaya lokal. Bahkan dalam beberapa akses, informasi dapat dilakukan tanpa perlu mengeluarkan biaya. Terdapat tiga jenis pengguna teknologi komputer dalam proses pembelajaran: Pengguna yang memanfaatkan komputer untuk penyampaian materi pembelajaran; pengguna yang menyebarluaskan bahan ajar melalui jaringan internet; dan pengguna yang memanfaatkan InformationTechnology (IT) atau InformationCommunication- Technology (ICT) sebagai basis komunikasi (Heinich, et al, 1996). Sebagai fasilitator dan motivator di dalam kelas, guru termasuk salah satu pihak pengguna teknologi informasi dan teknologi informasi-komunikasi dalam kegiatan peningkatan prestasi belajar siswa dan pengembangan kemampuan profesional guru itu sendiri.penggunaan teknologi informasi dan komunikasi ini telah turut pula memberi banyak alternatif metode dan model pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang selama ini lebih berfokus pada pendekatan dan metode konvensional, telah mulai bergeser bentuknya, dari semula yang hanya dilakukan dengan cara tatap muka di depan kelas, sedikitdemi sedikit bergerak menuju pembelajaran virtual dalam bentuk e-learning. Kehadiran teknologi komputer dan internet dengan kemampuan yang semakin pesat telah pula memberikan kemudahan kepada guru dan siswa dalam mengakses ilmu pengetahuan secara luas dan cepat. Perkembangan ini mengiringi pula perkembangan model pembelajaran lainnya. Misalnya pembelajaran jarak jauh (distance learning), teleconferencing, atau videoconferencing, kini sudah bisa direalisasikan. Distancelearning merupakan jenis pembelajaran yang dilakukan untuk siswa dan guru yang tidak berada pada tempat yang sama. Distancelearning bisa berupa e- learning bisa pula tidak. Misalnya penyebaran bahan ajar dalam bentuk tertulis (modul misalnya) merupakan contoh distancelearning, namun tidak tergolong e- learning. Namun, jika yang dijadikan bahan ajar dalam distancelearning berupa CD/VCD/DVD, pembelajaran ini juga termasuk e-learning. Fasilitas yang tersedia untuk distancelearning di antaranya mencakup , chatting, threaded discussion, atau bulletin board. Bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran berbasis internet dikonstruksi dalam bentuk file-file komputer yang dapat diakses melalui website. Materi tersebut disajikan dalam bentuk program komputer interaktif, yang dapat menuntun siswa dalam memahami suatu konsep dan melakukan kegiatan eksploratifinvestigatif materi pelajaran. Siswa mengakses materi-materi tersebut melalui login pribadi dalam menu yang dirancang secara khusus. Siswa yang terdaftar dalam kegiatan tersebut dapat memasuki file-file tertentu dalam situs tersebut. Dalam penyebaran bahan ajar yang dilakukan melalui situs dalam sistem jaringan, baik intranet maupun internet, bahan ajar dimasukkan dalam sebuah program. Program tersebut ditempatkan dalam sebuah server yang dihubungkan dengan jaringan dan dapat diakses dari berbagai tempat. Dengan menggunakan program penjelajah (browser) atau protocol pentransfer file, bahan ajar tersebut dapat diakses dan dipelajari, layaknya di sebuah laboratorium komputer. Prosiding SEMNAS Pendidikan Matematika 2017 ISBN Dalam bentuk pemanfaatan komunikasi dengan internet sebagai basis dan website sebagai wadah informasi, para pengguna dapat berbagi ide dan informasi, serta berdiksusi tentang berbagai masalah. Beberapa permasalahan dapat disiksusikan secara intensif secara bergantian antara satu user dan user lainnya. Dengan cara seperti ini sebuah permasalahan dapat dikupas secara luas, tanpa harus bertemu di sebuah tempat dalam waktu dan ruang secara bersamaan. Seluruh manfaat internet dalam pemecahan berbagai masalah ini tak lepas dari pesatnya perkembangan teknologi komputer. Teknologi komputer itu sendiri mulai dikembangkan pada awal tahun 1950-an (Heinich, et al., 1996), dan sejak saat itu komputer telah banyak menyumbangkan manfaat-manfaat luar biasa bagi kehidupan masyarakat. Sumbangan terbesar dalam bidang pendidikan sudah mulai dirasakan sejak lama, meskipun penggunaan komputer di sekolah-sekolah masih terbatas pada pengolahan kata (word processing) atau perhitungan lewat lembaran kerja (worksheet). Kini sudah saatnya komputer didayagunakan untuk kepentingan pembelajaran matematika, bukan hanya sekedar menyelesaikan masalah-masalah matematika, tetapi juga memberi bantuan tentang cara penyampaian materi matematika itu sendiri dengan cara-cara yang menarik, menantang, dan memperhatikan perbedaan individual siswa. Komputer memiliki kelebihan yang tidak dimiliki media lain, misalnya komputer bisa memberikan pelayanan secara repetitif, menampilkan sajian dalam format dan desain yang menarik, animasi gambar dan suara yang memikat, dan melayani perbedaan individual siswa. Seperti dikemukakan oleh Wilson (1988), bahwa komputer dengan desain software yang baik dapat menghadirkan presentasi secara berulang dan dinamis, karakteristik yang tidak dijumpai dalam media lainnya. Komputer sebagai media pembelajaran memiliki keunggulan-keunggulan dalam presentasi grafik dengan tampilan yang menarik, yang dapat dimanipulasi secara leluasa dalam bentuk representasi visual model matematika. Bloom et al. (1987:1) dan Fletcher (1988: 1) mengemukakan bahwa grafik resolusi tinggi dan program animasi memiliki potensi yang amat besar untuk diaplikasikan dalam pembelajaran. Grafik komputer memungkinkan guru mampu membuat diagram dan grafik matematis dengan cara yang mudah dan dalam waktu yang singkat. Penggunaan software komputer untuk kegiatan pembelajaran sangat tidak terbatas (Fey dan Heid, 1984: 21), dan potensi teknologi komputer sebagai media dalam pembelajaran matematika begitu besar (Fletcher, 1988: 1). Banyak sekali kontribusi nyata yang dapat dipersembahkan komputer bagi kemajuan pendidikan. Komputer dapat dimanfaatkan untuk mengatasi perbedaan individual siswa; mengajarkan konsep; melaksanakan perhitungan dan menstimulir belajar siswa (Glass, 1984: 11). Beberapa kelebihan komputer yang sesuai dengan pembelajaran adalah adanya kesabaran yang tiada batas, mampu memotivasi siswa dengan pujian yang dirancang khusus, memberi kesempatan bereksperimen tanpa dihantui kekuatiran akan ker