Preview only show first 10 pages with watermark. For full document please download

Integrasi Ilmu

Integrasi Ilmu

   EMBED

  • Rating

  • Date

    June 2018
  • Size

    106.5KB
  • Views

    2,439
  • Categories


Share

Transcript

  TUGAS RESUMEKeterpaduan Islam dan Sains(Integrasi Ilmu) Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah: Keterpaduan Islam dan SainsDosen : Edy Candra, M.Si. M,Pd Disusun oleh:Deasi Ratna Ningsih (59461230)Biologi C / Semester VIIJURUSAN BIOLOGI - FAKULTAS TARBIYAHINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATICIREBON  2012BAB IPENDAHULUANA.Latar Belakang dan Gambaran Buku Tuhan telah memberikan kita pilihan, bahkan pilihan untuk beriman atau ingkar kepada-Nya.dan apapun pilihan yang akhirnya kita pilih, kita harus bertanggung jawabterhadapnya, dalam arti menanggung segala konsekuensinya. Termasuk konsekuensinyaterhadap pandangan dunia dan keilmuan kita. Ketika ilmuan-ilmuan barat (terutama massa pascarenaisans) merasa ragu, atau bahkan kehilangan kepercayaan mereka pada realitasmetafisik (alam gaib) maka merekapun menganut paham sekuler dalam berbagai bentuknya:agnostistisisme, naturalisme, materialisme, ateisme, atau positivisme.pada gilirannya pahamsekuler ini pun mempengaruhi pandangan keilmuan mereka sedemikian rupasehinggamerekapun menciptakan sebuah sistem ilmu sekuler yang mereka sebut science sesuaidengan pandangan mereka.maka tak heran kalau dikatakan bahwa dibarat telah terjadisekularisasi ilmu, dimana science dibatasi objek-objeknya hanya pada entitas-entitas fisik.Sejak massa itu ilmu (sains) tidak pisa dipisahkan dari “sekularitas”dan sejalan denganhegemoni barat yang mendunia, maka pandangan sains “sekuler” inipun kemudian diadopsidimana-mana di dunia ini termasuk di Indonesia. Dengan ini terkenalah ilmu-ilmu sekuler (umum) yang dikontraskan dengan ilmu-ilmu agama.Begitu lekatnya pengertian sains sekarang ini dalam pikiran kita sehinnga kita sering bertanya-tanya mungkinkah kedua macam ilmu tersebut dapat diintegrasikan? Tentu saja pertanyaan ini harus mendaptkan jawaban yang memadai mengingat pentingnya pernreintegrasi ilmu pengetahuan bagi perkembangan pendidikan dinegri tercinta ini. Reitegrasi ilmu-ilmu: sebuah demonstrasiDR.Haidar bagir Sekali lagi pak mulyadhi melahirkan karya penting dan setelah beberapa bukunya yangtelah terbit sebelumini, tak sulit bagi saya untuk mengatakan bahwa pak Mulyadhi memangtahu kemana kita harus berjalan. Dalam buku ini, pak Mulyadhi mengungkapkan kekayaankhazanah filsafat Islam dan sekaligus mendemonstrasikan kekayaan khazanah pemikiran penulisnya yang membuka peluang yang amat lega dan konkret bagi upaya-upaya reintegrasi  itu, peluang ini dimungkinkan bukan hanya oleh kekayaan khazanah filsafat Islam sedemikian,melainkan juga oleh sifat filsafat Islam yang sejak awal perkembangannya amat menghargai pengembangan ilmu pengetahuan. Bahkan, lebih dari itu filsafat Islam memang tak pernah berkembang terlepas dari perkembangan ilmupengetahuan. Salah satusatu dampak sekularismeadalah pemisahan (dikotomi) ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum. Barat, sebagai penganut paham ini (sekular) hanya membatasi keilmuannya (sains modern) pada hal-hal yang bisa dikatakan ilmiah apabila obyek-obyeknya bersifat empiris. Sehingga, konsekuensi dari pembatasan ini akan menimbulkan dikotomi pada semua sisi keilmuan. Karena hanya berpijak  pada hal yang bersifat empiris, yaitu segala yang bisa dicerap oleh indra (indriawi), maka diluar obyek indriawi mutlak dinafikan keberadaannya. Membicarakan hal-hal yang tidak nyata(gaib), seperti eksistensi Tuhan, malaikat, dan status jiwa (psikologi) adalah tidak ilmiah.Berdasar paham sains Barat ini. Kesenjangan paham inilah melatarbelakangi Dr. MulyadiKartanegara menuangkan kritik ilmiahnya melalui buku “Integrasi Ilmu: Sebuah Rekonstruksi Holistik” Melalui kajian yang mendalam, ia melakukan upaya demonstratif dalam memadukan(integrasi) ilmu umum (sekular) dan ilmu agama. Menurut Mulyadi: B. Biografi PenulisDr.Mulyadhi Kartanegara adalah doktor filsafat lulusan Universitas Chi cago. Kini,dia mengajar mata kuliah filsafat diberbagai perguruan tinggi: Program Pascasarjana di UINSyarif Hidayatullah dan di IAIN Sunan Kalijaga; Program Pasca sarjana di UniversitasIndonesia dan program pascasarjana Islamic College for Advanced Studies (ICAS) cabangLondon,Jakarta. Karya-karyanya yang telah dipublikasikan, antara lain, adalah  Renungan Mistik Jalal Al-Din Rumi (Pustaka Jaya,1987) dan  Mozaik Khazanah Islam (Paramadina,2000), Sejarah Filsafat Islam (terjemahan,1999) dan The Venture of Islam (terjemahan,2002), menembus batas waktu (Mizan,2002).  pengantar Epistomologi Islam (Mizan 2003), Jalal Al-Din Rumi: Guru Sufi ,  Penyair Agung  (Teraju,2004),  seni mengukir    kata (MCL,2005), dan kearifan para filosof  (Hikmah,2005).Tahun 2001-2003 pernah menjadi Direktur Pelaksana Program Pascasarjana PusatKajian Agama dan Lintas Budaya Universitas Gadja Mada. Sekarang selain mengajar, ia aktif menulis – antara lain Tradisi Ilmiah Islam (selesai April 2005), dan menyelami lubuk    Tasawuf  ,serta aktif berpartisipasi dalam berbagai seminar, dalam dan luar negri.  PROLOG Tampak jelas bahwa Universitas Islam Negri (UIN) Syarif hidayatullah Jakarta sangatmembutuhkan sebuah panduan bagi penyelenggaraan pendidikan yang andal dan integral,mengingat selama ne sistem pendidikanyang ada, baik pada level nasional maupuninternasional, masih sangat dipengaruhi oleh dualisme yang kental antara ilmu-ilmu Agama,disatu pihak dan ilmu-ilmu umum / sekuler, dipihak lain.kebutuhan tersebut semakin mendesak lagi setelah lembaga ini berubah nama dan karakter dari sebuah institut yang membatasi dirinya pada kajian (dalam hal ini agama islam)-menjadi sebuah universitas.Perubahan ini tentu sajamembawa konsekuensi diperkenalkannya bidan-bidang ilmu sekuler,seperti IPA ,psikologi,matematika ,ekonomi ,tekhnik informasi kedokteran dll. Yang dari sudut metologis tentumemiliki perbedaan-perbedaan yang signifikan.Perbedaan-perbedaan yang signifikan dari sudutmetodologis ini pada gilirannya telah menimbulkan problem-problem epistomologis yanghingga saat ini belum lagi ditemukan solusisolusinya yang efektif.Bukti nyata dari kebutuhan UIN pada adanya panduan dan model integrasi ilmuditunjukkan dengan diselenggarakannya seminar nasional berkenaan dengan reintegrasiilmu,yang diselenggarakan tahun lalun . Seminar yang diharapkan mampu memformulasikanmodel pendidikan integral yang sangat dibutuhkan UIN dalam penyelenggaraan pendidikannyaini , telah memberikan banyak masukan yang berharga, tetapi tentu saja belum bisa dikatakanmemadainsebagai panduanpraktis bagi penyelenggaraan proses belajar mengajar disana,sehingga masih dirasakan perlu untuk menyusun sebuah karya yang lebih sistematik danterpadu bagi setiap fakultas yang mengelola program studi tertentu. BAB IIINTISARI BUKU  PROBLEM Diktonomi ilmu kedalam ilmu agama dan non agama, sebenarnya bukan hal yang baru.I slam telah mempunyai tradisi dikotomi ini lebih dari seribu tahun silam. Tetapi diktonomitersebut tidak menimbulkan terlalu banyak problemdalam sistem pendidikan Islam, hinggasistem pendidikan sekuler Barat diperkenalkan ke dunia Islam melalui imperialisme. Hal initerjadi karena , sekalipun dikotomi antara Ilmu-ilmu Agam dan non-agama itu telah dikenaldalam karya-karya klasik, seperti yang ditulis Al-Ghazali (w.1111) dan ibnu kaldun (w. 1406),ia tidak mengingkari, tetapi mengakui validitas dan status ilmiah masing-masing kelompok keilmuan tersebut.berbeda dengan diktonomi yang di kenal dunia Isam, sains modern Baratsering menganggap rendah status keilmuan ilmu-ilmu keagamaan. Ketika berbicara tentanghal-hal gaib, ilmu Agma tidak bisa dipandang ilmiah karena sebuah ilmu baru bisa dikatakanilmiah apabila objek-objeknya bersipatempiris. Padahal ilmu-ilmu agama tentu tidk bisamenghindar dari membicarakan hal-hal yang gaib, seperti tuhan, malaikat, dan sebagainyasebagai pembicaraan pokok mereka. Nah, ketika ilmu-ilmu sekuler   positivistik  tersebut diperkenalkan ke Dunia Islam lewatimperialisme barat, terjadilah dikotomi yang yang ketat antara ilmu-ilmu agma, sebagaimanadipertahankan dan dikembangkan dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam tradisional(pesantren) di satu pihak, dari ilmu-ilmu sekuler, sebagaimana diajarkan di sekolah-sekolahumum yang disponsori pemerintah dipihak lain. Pihak kaum teraisional menganggap bahwailmu-ilmu umum itu bi’dah atau haram dipelajari karena berasal dari orang-orang kafir ,sementara para pendukung ilmu –ilmu umum menganggap ilmu-ilmu agama sebagai pseudoilmiah,atau hanya sebagai mitologi yang tidak akan mencapai tingkat ilmiah,karena tidak  berbicara tentang fakta,tetapi tentang maknna yang tidak bersifat empiris.Pada saat ini,justru dikotomi seperti inilah yang terjadi dan telah menimbulkan berbagai problem yang akut dalam sistim pendidikan kita. Di sekolah-sekolah umum,kita masihmengenal pemisahan yang ketat antara ilmu-ilmu seperti fisika, matematika, biologi,sosiologidll, dan ilmu ilmu agama, seperti tafsir, hadis, fikih, dan lain–lain, seakan akan muatan religiusitu hanya ada pada mata pelajaran, sementara ilmu-ilmu umum semuanya adalah profan dannetral di lihat dari sudut religi.Di pihak lain, ilmu–ilmu agama yang mendasarkan dirinya pada kitab –kitab suci jugatidak semestinya di perlakukan lebih rendah dari pada ilmu–ilmu modern.karena seperti halnya