Preview only show first 10 pages with watermark. For full document please download

Modul Bimbingan/panduan Belajar Bagi Calon Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik Dan Rehabilitasi

Modul Bimbingan/Panduan Belajar bagi Calon Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi DAFTAR ISI Sejarah Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Batasan dan Ruang Lingkup dan

   EMBED


Share

Transcript

Modul Bimbingan/Panduan Belajar bagi Calon Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi DAFTAR ISI Sejarah Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Batasan dan Ruang Lingkup dan Rehabilitasi Filosofi Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Penegakan Diagnosis dalam Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Penatalaksanaan dan Intervensi dalam Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Sejarah Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Sejarah Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di dunia Layanan terapi fisik dan rehabilitasi secara formal dimulai tahun 1899 di Inggris dan tahun 1921 di Amerika Serikat. 1,2 Di Amerika Serikat, para spesialis ortopedi merupakan kelompok dokter pertama yang mengenali kebutuhan baru dalam penatalaksanaan kondisi kecacatan, mulai dari fraktur dan dislokasi sampai artritis dan paralisis. Banyaknya jumlah tentara muda yang cacat setelah Perang Dunia I langsung meningkatkan perhatian karena masalah medis dan sosial akibat disabilitas fisik. Dr. Howard A. Rusk menunjukkan bahwa program rehabilitasi lebih penting untuk memulihkan tentara mencapai kebugaran agar dapat kembali bertugas daripada upaya penyembuhan saja. Setelah PD I, para ahli ortopedi dari Amerika Serikat mengevaluasi pekerjaan mereka semasa perang yang meliputi rehabilitasi dan tindakan bedah. Mereka ingin berperan lebih jauh daripada sekedar tindakan bedah dan terlibat dalam kesehatan secara umum, penyuluhan dan rehabilitasi vokasional. Pada tahun 1937, dokter terapi fisik diakui sebagai sebuah spesialisasi kedokteran yang baru. Di Fakultas Kedokteran, bagian ini disebut dengan Department of Physical Medicine.Tahun1938,istilah fisiatri dicetuskan oleh Dr.Frank H.Krusen. Untuk membedakan mereka dari teknisi yang disebut terapis fisis, profesi baru ini disebut fisiatris (physiatrists). Istilah fisiatri baru diterima oleh AMA di tahun Fisiatri atau Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (KFR) diterima secara formal sebagai suatu spesialisasi kedokteran pada tahun 1947 dengan didirikannya the American Board of Physical Medicine and Rehabilitation (ABPMR). Sekarang KFR telah diterima sebagai bagian penting dan integral dalam penatalaksanaan penyakit kronik dan disabilitas. Spesialisiasi KFR, sesuai namanya merupakan gabungan antara ilmu kedokteran fisik dan ilmu rehabilitasi. Kedokteran Fisik adalah penggunaan modalitas fisik seperti cahaya, panas, dingin, air, listrik, pijat, manipulasi, latihan dan alat-alat mekanik untuk tujuan diagnostik dan terapeutik seperti terapifisis, terapi okupasional, dan rehabilitasi fisis. Rehabilitasi merupakan penerapan ilmu kedokteran fisik dan teknik untuk membantu pasien mencapai fungsi maksimal dan penyesuaian diri secara fisis, mental, sosial dan vokasional untuk mencapai kehidupan yang lengkap sesuai dengan kemampuan dan disabilitasnya. Sejarah Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di Indonesia Layanan Kedokteran Rehabilitasi di Indonesia dikenal sejak tahun 1947, saat Prof. Dr. R. Soeharso mendirikan Pusat Rehabilitasi untuk penyandang disabilitas yang merupakan korban perang kemerdekaan. Oleh karena tuntutan kebutuhan yang meningkat, maka pada tahun 1973, Menteri Kesehatan mendirikan layanan rehabilitasi di RS Dr. Kariadi Semarang sebagai pilot project yang disebut Preventive Rehabilitation Unit (PRU). Keberadaan PRU menunjukkan keberhasilan dalam peningkatan layanan kesehatan, mempersingkat masa perawatan di RS, dan mengurangi beban kerja Pusat Rehabilitasi di Surakarta. Pada masa PELITA II, diterbitkan Surat Keputusan (SK) Menteri Kesehatan No. 134/Yan.Kes/SK/IV/1978 yang menyatakan bahwa semua rumah sakit kelas A, B, dan C harus mengembangkan PRU. Istilah PRU kemudian berubah menjadi Unit Rehabilitasi Medik (URM). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pemerintah dalam hal ini Menteri Kesehatan menaruh perhatian untuk memajukan layanan Kedokteran Rehabilitasi. Sejalan dengan itu, maka dipikirkan perlunya seorang Dokter dengan kemampuan Spesialisasi Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi untuk memimpin Unit Rehabilitasi Medik (URM). Dalam rangka meningkatkan layanan Kedokteran Rehabilitasi, Menteri Kesehatan mulai mengirim dokter umum dari Indonesia untuk mengikuti pendidikan menjadi dokter spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di Department of Physical Medicine and Rehabilitation, Universitas Santo Tomas di Manila, Filipina. Ada sebelas orang dokter Indonesia yang berhasil menjadi spesialis KFR dari Universitas tersebut. Beberapa dokter juga telah dikirim untuk mengikuti pendidikan di Praha dan di Belanda. Setelah kembali dari pendidikan, para dokter yang dikenal dengan Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik dengan dukungan beberapa Spesialis yang lain sepakat untuk membentuk Ikatan Dokter Ahli Rehabilitasi Medik Indonesia (IDARI) pada tahun 1982,kemudian memperjuangkan eksistensi adanya Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik serta pendidikan keahliannya di Indonesia yang diakui melalui Surat Keputusan Dirjen DIKTI, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 16/DIKTI/Kep/1987.Ditunjuk tiga pusat pendidikan, yaitu: Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Diponegoro. Kemudian mendapat pengakuan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada tahun Nama IDARI mengalami perubahan menjadi Perhimpunan Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Indonesia (PERDOSRI). Sejak Kongres Nasional IV diadakan pada tahun 1998 di Jakarta, Ketua PERDOSRI terpilih (alm) Dr. Thamrinsyam, SpRM membentuk Kolegium Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi sesuai instruksi dari IDI dengan tugas mengawal atau mengampu Pendidikan Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik. Mulai bulan Juli 2009, berdasarkan Surat No. 006/Kol.IKFRI/12/V/2009 gelar lulusan berubah menjadi Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (SpKFR). Sesuai dengan hasil Muktamar IDI XXVIII tahun 2009 di Palembang perubahan gelar disetujui oleh IDI yang tertuang dalam Surat Nomor 1177/PB/B/09/2010 tanggal 2 September 2010 tentang Perubahan Gelar SpRM menjadi SpKFR. DAFTAR PUSTAKA 1. Paris SV. A history of manipulative therapy through the ages and up to the current controversy in the United States. J Man Manipulative Ther 2000;8: Chikly BJ. Manual techniques addressing the lymphatic system: origins and development. J Am Osteopath Assoc 2005;105: Wahyuni LK, Tulaar ABM. PERDOSRI. White Book Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. PERDOSRI, Jakarta 2012 Batasan dan Ruang Lingkup Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Batasan ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi Definisi KFR telah berkembang sejak istilah fisiatri diperkenalkan Dr.Frank H. Krusen. Menurut beliau, kedokteran fisik adalah penggunaan modalitas fisik dan modalitas lain yang efektif untuk kepentingan diagnosis dan terapeutik, yaitu cahaya, panas, dingin, air, listrik, pijat, manipulasi, olahraga dan alat-alat mekanis. 1 Menurut the American Board of Physical Medicine and Rehabilitation, definisi Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (KFR)atau Fisiatri adalah spesialisasi kedokteran yang berkenaan dengan diagnosis, evaluasi, dan penatalaksanaan pasien yang mengalami disfungsi dan disabilitas fisik dan/atau kognitif. 2 Spesialisasi ini meliputi diagnosis dan pengobatan pasien dengan nyeri atau kondisi yang membatasi fungsi, penatalaksanaan ko-morbiditas dan disfungsi lainnya, prosedur injeksi diagnostik dan terapeutik, elektrodiagnosis, serta pencegahan komplikasi disabilitas dari kondisi sekunder. KFR adalah spesialisasi kedokteran yang bekerja dalam ruang lingkup pencegahan, terapi dan rehabilitasi. 3 Fokus utamanya adalah perbaikan fungsi pada orang-orang yang memiliki keterbatasan fungsi karena: Bertambahnya usia; Dapat bertahan hidup setelah mengalami penyakit berat seperti cerebral palsy, stroke, cedera sumsum tulang belakang, trauma multipel, dsb. Menyandang penyakit kronik dan masih aktif bekerja. Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi adalah spesialisasi kedokteran yang mempelajari Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi menerapkan pelayanan rehabilitasi komprehensif berdasarkan pengkajian fungsi untuk menegakkan diagnosis fungsional dan menetapkan terapi berupa intervensi biomedis dan teknis secara teradu yang bertujuan mengoptimalkan fungsi individu yang mengalami atau akan mengalami disabilitas. Batasan rehabilitasi Rehabilitasi adalah penggunaan berbagai upaya untuk mengurangi dampak kondisi disabilitas serta ketunaan dan memampukan kelompok dengan kebutuhan khusus untuk mencapai integrasi sosial yang optimal. Rehabilitasi orang dengan disabilitas merupakan proses yang bertujuan memampukan mereka mencapai dan memelihara tingkat fungsional fisik, sensoris,intelektual, psikologis dan sosial. 4 Definisi ini sangat luas karena mencakup rehabilitasi klinis dan partisipasi sosial yang memerlukan perpaduan antara lingkungan sosial dan kelompok disabilitas, sehingga menghilangkan hambatan sosial dan vokasional dalam berpartisipasi. Rehabilitasi Medik : layanan medis yang bertujuan mengembangkan kemampuan fungsional dan psikologis seorang individu dan mekanisme kompensasinya sehingga ia dapat mencapai kemandirian dan menjalani hidup secara aktif. 5 Rehabilitasi Sosial: usaha penyantunan rehabilitasi cacat kembali ke masyarakat sebagai manusia yang produktif dan berguna. Rehabilitasi Vokasional: usaha pemulihan penderita cacat untuk dapat bekerja dan berguna secara produktif dan remuneratif. Rehabilitasi Pendidikan:proses pendahuluan ke arah resosialisasi dengan memberikan bantuan khusus sedemikian rupa sehingga mencapai perkembangan potensi seoptimal mungkin. Batasan Hukum: 6,7 Rehabilitasi adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan penyandang cacat mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. Rehabilitasi meliputi rehabilitasi medik, pendidikan, pelatihan, dan sosial. Rehabilitasi medik adalah kegiatan pelayanan kesehatan secara utuh dan terpadu melalui tindakan medik agar dapat mencapai kemampuan fungsional semaksimal mungkin. Rehabilitasi pendidikan adalah kegiatan pelayanan pendidikan secara utuh dan terpadu melalui proses belajar mengajar agar dapat mengikuti pendidikan secara optimal sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Rehabilitasi pelatihan adalah kegiatan pelayanan pelatihan secara utuh dan terpadu agar penyandang cacat dapat memiliki keterampilan kerja sesuai bakat dan kemampuan. Rehabilitasi sosial adalah kegiatan pelayanan sosial secara utuh dan terpadu melalui pendekatan fisik, mental, dan sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara optimal dalam hidup bermasyarakat. Batasan tim pelayanan rehabilitasi medik Dalam rehabilitasi medik terdapat berbagai komponen layanan yang terkait. Layanan Rehabilitasi Medik (batasan PB PERDOSRI):adalah layanan kesehatan yang diselenggarakan di sarana kesehatan dan meliputi upaya pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, yang mencakup kegiatan layanan kesehatan secara utuh dan terpadu melalui pendekatan medis, psikososial, edukasional dan vokasional untuk mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Pelayanan Rehabilitasi medik dilaksanakan oleh tenaga medis dan tenaga kesehatan yang memiliki kualifikasi dalam bidang rehabilitasi medik, antara lain dokter/dokter spesialis, fisioterapis, terapis wicara, terapis okupasi,ortotis-prostetis, perawat, pekerja sosial medis dan psikolog. Layanan Fisioterapi (batasan Ikatan Fisioterapis Indonesia): adalah bentuk layanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak,peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi. Layanan Terapi Wicara(batasan Ikatan Ahli Terapi Wicara Indonesia): adalah bentuk layanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/atau kelompok untuk memulihkan dan mengupayakan kompensasi/ adaptasi fungsi komunikasi, bicara dan menelan dengan melalui pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi (fisik, elektroterapeutis dan mekanis). Layanan Terapi Okupasi(batasan Ikatan Okupasi Terapi Indonesia): adalah bentuk Layanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi dan/atau mengupayakan kompensasi/ adaptasi untuk aktivitas sehari-hari, produktivitas dan waktu luang melalui pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi. Layanan Ortotis-Prostetis(batasan Ikatan Ortotik-Prostetik Indonesia): adalah salah satu bentuk Layanan keteknisian medik yang ditujukan kepada individu untuk merancang, membuat dan memasang alat bantu guna pemeliharaan dan pemulihan fungsi atau pengganti anggota gerak. Layanan Psikologis Layanan Sosial Medis Layanan Rohaniawan Batasan hendaya, disabilitas dan kecacatan Batasan istilah hendaya, disabilitas, dan kecacatan dibuat pertama kali tahun 1980 oleh World Health Organisation (WHO) dan diterjemahkan sebagai berikut: 11,8 Hendaya (impairment): kehilangan atau ketidaknormalan kondisi psikologis, fisiologis atau struktur anatomi atau fungsi. Disabilitas(disability): segala keterbatasan atau kekurangan kemampuan untuk melakukan aktivitas dalam lingkup wajar bagi manusia yang diakibatkan oleh hendaya. Kecacatan(handicap):hambatan dalam individu yang diakibatkan oleh hendaya dan disabilitas, yang membatasi atau pemenuhan peran wajar seseorang sesuai dengan faktor umur, seks, sosial dan budaya. Batasan baru diberikan oleh WHO tahun 1997, sebagai berikut: 9 Hendaya (impairment):kehilangan atau abnormalitas struktur tubuh atau fungsi fisiologis atau psikologis (maknanya sama dengan batasan tahun 1980); Hendaya menggambarkan masalah pada tingkat jaringan dan organ, sedangkan disabilitas mencerminkan masalah pada tingkat manusia dan kecacatan mewakili masalah di tingkat lingkungan dan masyarakat (Gambar 1). 10 Batasan aktifitas dan partisipasi Berdasarkan WHO tahun 1997,batasan aktivitas dan partisipasi adalah sebagai berikut: 9 Aktivitas (activity): sifat dan rentang fungsi pada tingkat individu; Partisipasi(participation): sifat dan sejauh mana keterlibatan seseorang dalam hidup sehubungan dengan hendaya, aktivitas, kondisi kesehatan dan faktor-faktor kontekstual. Batasan difabel Difabel adalah orang yang memiliki keterbatasan fungsional. 11 Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat menganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya, yang terdiri dari: 6,7 Penyandang cacat fisik; Penyandang cacat mental; Penyandang cacat fisik dan mental Cacat fisik adalah kecacatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh, antara lain gerak tubuh, penglihatan, pendengaran, dan kemampuan bicara. Cacat mental adalah kelainan mental dan/atau tingkah laku, baik cacat bawaan maupun akibat dari penyakit; Cacat fisik dan mental adalah keadaan seseorang yang menyandang dua jenis kecacatan sekaligus. Ruang Lingkup berdasarkan Terminologi ICF Pada tahun 2001,WHO mengeluarkan klasifikasi yang merupakan model komprehensif bagi fungsi dan disabilitas. Klasifikasi ini disebut International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF). 12,13 Model ICF memandang manusia dari berbagai dimensi fungsional dan faktor-faktor lain di tempat manusia tersebut berada (faktor kontekstual). Batasan dan istilah yang dipakai dalam ICF tercantum dalam Tabel 1. Tabel 1 Batasan dan istilah dalam ICF Kondisi kesehatan merupakan istilah payung yang menaungi berbagai istilah penyakit, kelainan, kecederaan dan juga kondisi lain seperti penuaan, stress, anomali kongenital, atau predisposisi genetik. Istilah ini juga mencakup informasi tentang patogenesis dan/atau etiologi. 14 Fungsi tubuh adalah fungsi fisiologis sistem tubuh, termasuk fungsi mental, kognitif dan psikologis. Struktur tubuh adalah bagian-bagian anatomis tubuh seperti organ, anggota gerak dan komponen lain. Kelainan fungsi dan struktur disebut sebagai hendaya, yaitu deviasi bermakna atau kehilangan struktur (misalnya deformitas sendi) dan/atau fungsi (misalnya keterbatasan rentang gerak, kelemahan otot, nyeri dan kelelahan).14 Aktivitas adalah pelaksanaan tugas atau aksi oleh seorang manusia dan mencerminkan perspektif individual atas fungsi. Kesulitan pada tingkat aktivitas disebut sebagai keterbatasan aktivitas (misalnya keterbatasan mobilitas seperti berjalan, naik tangga, memegang atau membawa benda). Partisipasi merupakan keterlibatan individu dalam situasi nyata dan mencerminkan perspektif sosial atas fungsi. Masalah yang dapat dialami seseorang dalam situasi nyata disebut dengan hambatan partisipasi (misalnya hambatan dalam hidup bermasyarakat, rekreasi dan hiburan). 14 Faktor-faktor lingkungan mencerminkan latar belakang seseorang dalam situasi kehidupan nyata. Di dalam faktor kontekstual, faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik, sosial dan sikap dalam hal bagaimana orang hidup dan menjalankan kehidupannya. Faktor-faktor ini bersifat eksternal (di luar individu) dan dapat berpengaruh positif atau negatif, yaitu dapat membantu atau menghambat seseorang. 14 Faktor-faktor personal merupakan latar belakang spesifik seseorang dalam situasi kehidupannya yang meliputi berbagai hal di luar kondisi kesehatan, yaitu: gender, usia, ras, kebugaran, gaya hidup, kebiasaan dan latar belakang sosial. 14 Jika dirinci lebih lanjut, maka KFR adalah spesialisasi kedokteran, yang berdasarkan 13 model integratif WHO tentang fungsi manusia (human functioning): menerapkan dan menggabungkan pendekatan ilmu biomedis serta ilmu teknik untuk mengoptimalkan kapasitas seseorang, pendekatan yang dibangun dan memperkuat sumber daya seseorang, memfasilitasi lingkungan yang membantu,dan membangun kinerja dalam interaksinya dengan lingkungan,dan mencakup diagnosis serta terapi kondisi kesehatan, menilai functioning dalam kaitannya dengan kondisi kesehatan, faktor-faktor personal dan lingkungan, termasuk prognosis, potensi untuk mengubah prognosis,identifikasi tujuan jangka panjang, penetapan tujuan program intervensi, penetapan tujuan siklus rehablitasi dan target intervensi, serta evaluasi disabilitas. Melakukan atau menerapkan intervensi biomedis dan teknik untuk mengoptimalkan kapasitas termasuk diagnostik fisik, seperti uji elektro-neurofisiologis, penilaian ketahanan(endurance), force dan koordinasi; modalitas fisik seperti mekanoterapi termasuk pijat,latihan, teknik penguatan dan mobilisasi, panas dan dingin, air dan balneologi, cahaya dan cuaca, arus listrik termasuk stimulasi fungsional elektro-fisiologis; intervensi neuropsikologis; akupuntur, blokade radiks saraf dan infiltrasi lokal; intervensi nutrisional dan farmakologis; teknologi rehabilitasi termasuk di antaranya implan, prostesis dan ortosis, berbagai alat bantu yang sesuai untuk: menstabilkan, memperbaiki atau memulihkan hendaya fungsi tubuh dan struktur termasuk deconditioning; inkontinensia; gangguan tidur dan menelan; instabillitas sendi; minimalisasi nyeri, fatigue dan gejala lain, mencegah hendaya, penyulit medis dan risiko termasuk antara lain depresi, gangguan tidur, ulkus kulit, trombosis, kontraktur sendi dan atrofi otot, osteoporosis dan jatuh, mengkompensasi atas tidak adanya atau hilangnya fungsi tubuh dan struktur termasuk antara lain amputasi; hendaya penglihatan dan pendengaran memimpin dan mengkoordinasikan program intervensi untuk mengoptimalkan kinerja dalam suatu proses multidisiplin, berulang dan menyelesaikan masalah. melakukan menerapkan dan menggabungkan intervensi biomedis dan teknis; serta intervensi psikologis dan perilaku; penyuluhan dan konseling; okupasional dan vokasional; sosial dan suportif; dan lingkungan fisik; memberikan nasihat kepada pasien dan orang-orang yang berhubungan langsung di lingkungannya, penyedia jasa dan pembayar selama perjalanan suatu kondisi kesehatan, selama kesinambungan layanan mulai dari perawatan akut di rumah sakit sampai fasilitas rehabilitasi dan di masyarakat, serta melintasi berbagai sektor termasuk kesehatan, pendidikan dan urusan sosial, menatalaksana rehabilitasi, kesehatan dan jasa multisektoral; mem