Transcript
TUGAS INDIVIDU
PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR
Pendekatan Epidemiologi untuk Penyakit Menular dan Permasalahan dalam Penyelidikan Penyebab Suatu Penyakit Menular
Disusun oleh
RISA KARTIKA PUTRI 25010113130321
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014
1
A. PENDEKATAN EPIDEMIOLOGI UNTUK PENYAKIT MENULAR
1. Epidemiologic Triangle
Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi. Faktor tersebut yaitu parasit beserta vektor penyebab penyakit (parasite), (parasite), pejamu (host) dan lingkungan (environment). Ketiga faktor penting ini disebut dengan segitiga epidemiologi (epidemiological triangle). Hubungan ketiga faktor tersebut digambarkan secara sederhana sebagai timbangan, yaitu parasit penyebab penyakit pada satu sisi dan pejamu pada sisi lain dengan lingkungan sebagai penumpunya (Widoyono, 2008). Segitiga epidemiologi yang sering dikenal dengan istilah trias epidemiologi merupakan konsep dasar yang memberikan gambaran tentang hubungan antara 3 faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya yaitu Host, Agent dan Lingkungan (Muliani, dkk, 2010)
Penjelasan : 1. Keadaan sehat, keadaan seimbang antara host, agen, dan environment 2. Keadaan sakit, adanya peningkatan agen infeksius 3. Keadaan sakit, adanya peningkatan pada populasi. 4. Keadaan sakit, adanya perubahan lingkungan yang mempermudah atau menguntungkan penyebaran agen. 5. Keadaan sakit, terjadinya perubahan lingkungan yang merugikan atau menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh
2
Komponen dalam segitiga epidemiologi 1. Faktor Host atau pejamu
Pejamu merupakan intrinsic factors yang mempengaruhi individu untuk terpapar, kepekaan ( susceptibility), susceptibility), atau berespon terhadap agen penyebab penyakit. Pejamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya yang menjadi tempat terjadinya proses almiah perkembangan penyakit. Umur, sex, suku bangsa, dan perilaku adalah beberapa faktor yang menentukan risiko seseorang untuk terpapar terhadap agen. Umur, komposisi
gen,
nutrisi,
dan
status
imun
adalah
faktor2
yang
mempengaruhi kepekaan dan respon individu terhadap agen. a) Genetika. Faktor utama keturunan yang mempengaruhi kesehatan, contoh; butawarna, asma, hemofili, dll b) Umur dan keadaan imunologis. Mempengaruhi status kesehatan karena kecenderungan penyskit menyerang umur tertentu. Misal, balita karena imunnya belum stabil dan pada manula karena imun menurun c) Jenis kelamin. Mempengaruhi status kesehatan karena ada penyakit yang terjadi lebiih banyak atau hanya terjadi pada pria atau wanita saja. Misal, kanker serviks pada wanita, dan kanker prostat pada pria d) Etnis / ras / warna kulit. Mempengaruhi status kesehatan karena terdapat perbedaan antara etnis atau ras tertentu. Misal, ras kulit putih lebih berisiko terkena kanker kulit disbanding ras kulit hitam e) Keadaan fisiologis tubuh. Mempengaruhi status kesehatan. Misal, kehamilan, kelelahan, pubertas, keadaan gizi, dll f) Perilaku dan kebiasaan (gaya hidup). Mempengaruhi status kesehatan. misalnya, personal misalnya, personal hygiene, hygiene, hubungan antar pribadi, dll g) Riwayat penyakit sebelumnya. Mempengaruhi status kesehatan ka rena ada penyakit yang sudah pernah diderita maka ketika terjadinya serangan kedua menimbulkan kondisi yang lebih parah atau jika
3
penyakit sebelumnya telah sembuh maka risiko kambuh lagi kecil atau tidak terjadi lagi (Muliani, dkk., 2010) Karakteristik pejamu dalam menghadapi ancaman penykit antara lain : a) Resistensi. Kemampuan dari pejamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi b) Imunitas. Kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon imunologis sehingga tubuh kebal terhadap penyakit tertentu c) Infektifnes. Potens pejamu yang terinfeksi untuk menularkan penyakit kepada orang lain (Kasjono, dkk.,2008) 2. Faktor Agen
Agen atau faktor penyebab adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau masalah kesehatan lainnya. (Muliani, dkk., 2010) Agen sebagai penyebab penyakit dapat berupa unsur hidup atau mati,
terdiri atas 5 kelompok : a) Agen biologis, antara lain virus, bakteri, protozoa, jamur, cacing, dan insekta. b) Agen kimiawi kimiawi c) Agen Fisika, panas (luka bakar), irisan, tikaman, p ukulan, radiasi, dll d) Agen Nutrisi, kekurangan atau kelebihan nutrisi seperti : Protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air. e) Agen Psikis, penyebab penyakit jiwa dan gangguan tingkah laku(Kasjono, dkk., 2008). Karakteristik Agen yang menyebabkan dapat terjadinya penyakit, antara lain :
4
a) Infektivitas. Kemampuan dari organisme untuk beradaptasi sendiri terhadap
lingkungan
dari
pejamu
untuk
mampu
tinggal
dan
berkembang biak dalam jaringan pejamu b) Patogenesitas. Kemampuan penyakit / organisme untuk menimbulkan suatu reaksi klinik khusus yang patologis setelah terjadinya infeksi pada pejamu yang diserang c) Virulensi. Ukuran derajat kerusakan yang ditimbulkan oleh bibit penyakit. d) Toksisitas. Kemampuan
bibit penyakit untuk memproduksi reaksi
kimia yang toksis dari substansi kimia yang dibuatnya e) Invasitas. Kemampuan organisme bibit penyakit untuk melakukan penetrasi dan menyebar setelah memasuki jaringan f) Antigenisitas.
Kemampuan
organisme
bibit
penyakit
untuk
merangsang reaksi imunologis dari pejamu. (Kasjono, dkk., 2008) 3. Faktor Lingkunan ( Environment )
Lingkungan adalah semua faktor diluar individu yang berupa lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi (Muliani, dkk., 2010). Unsur lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan terjadinya sifat karakteristik individu sebagai pejamu dan ikut memegang peranan dalam proses kejadian penyakit. Lingkungan merupakan extrinsic factors factors yang mempengaruhi agen dan peluang untuk terpapar, terpapar, meliputi a) Lingkungan biologis. Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia
yang
antara
lain
meliputi
:
i. Beberapa mikroorganisme pathogen dan tidak patogen ii. Vektor pembawa infeksi iii.Berbagai iii. Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik sebagai sumber kehidupan (bahan
5
makanan dan obat-obatan, maupun sebagai reservoir atau sumber penyakit atau pejamu antara (host intermedia) iv. Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama penyakit menular. b) Lingkungan fisik. Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi : i. Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan ii. Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk pemencaran pada air iii. Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain sebagainya. Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula yang timbul akibat manusia sendiri. c) Lingkungan sosial. sosial. Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi. Serta instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakattersebut. Lingkungan sosial ini meliputi i. Sistem hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi yang berlaku; ii. Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat iii. Sistem pelayanan kesehatanserta kebiasaan hidup sehatmasyarakat setempat, dan iv. Kebiasaan hidup masyarakat v. Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem kehidupan sosial lainnya. Karakteristik lingkungan dalam menimbulkan status sakit, antara lain :
6
a) Topografi. Berkaitan dengan situasi lokasi tertentu, baik natural maupun
buatan
manusia
yang
mempengaruhi
terjadinya
dan
penyebaran suatu penyakit tertentu. b) Geografi. Keadaan yang berkubungan dengan struktur geologi bumi yang berhubungan dengan kejadian penyakit (Muliani, dkk., 2010) Ketiga faktor dalam trias epidemiologi terus menerus berinterkasi satu sama lain sehingga perubahan pada unsur triaas dapat menyebabkan kesakitan yang tergantung pada karakterisktik dan interaksi antara k etiganya (Muliani, dkk., 2010) 2. Web causation / jala-jala kausasi
Teori jaring-jaring sebab akibat ini ditemukan oleh M ac M ohan dan dan Pugh ohan (1970). (1970). Teori ini sering disebut juga sebagai konsep multi factorial. Dimana teori ini menekankan bahwa suatu penyakit terjadi dari hasil interaksi berbagai factor. Misalnya factor interaksi lingkungan yang berupa factor biologis, kimiawi dan social memegang peranan penting dalam terjadinya penyakit. (Mausner dan Kranmer, 1985) Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan antara mereka, yang berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan. Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab seb ab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai pada berbagai titik. (Azwar, 1988) Hakikat konsep ini adalah efek yang terjadi tidak tergantung kepada penyebab-penyebab yang terpisah secara mandiri, tetapi lebih merupakan perkembangan sebagai suatu akibat dari suatu rangkaian sebab-akibat, dimana setiap hubungan itu sendiri hasil dari silsilah (geneologi) yang mendahuluinya dan yang kompleks (complex geneology of antecenden).
7
Suatu penyakit tidak tergantung kepada penyebab yang berdiri sendirisendiri, melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab akibat. Penyakit juga dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai di berbagai faktor. (Kasjono dan Kristiawan, 2009) Contoh: Jaringan sebab akibat yang mendasari penyakit jantung koroner (PJK) dimana banyak faktor yang merupakan menghambat atau meningkatkan perkembangan penyakit. Beberapa dari faktor ini
instrinsik
pejamu
pada
dan
tetap
(umpama LDL genotip), yang
lain
komponen
seperti makanan,
perokok, inaktifasi fisik, gaya
hidup
dapat
dimanipulasi.
3. Wheel causation
Teori ini menggambarkan hubungan manusia dan lingkungannya sebagai roda. Roda tersebut terdiri atas manusia dengan substansi genetik pada bagian intinya dan komponen lingkungan biologi, sosial, fisik mengelilingi penjamu. Ukuran komponem roda bersifat relatif, tergantung problem spesifik penyakit yang bersangkutan. Contoh pada penyakit herediter tentunya proporsi inti genetic relatif besar, sedang penyakit campak status imunitas penjamu dan biologik lebih penting daripada faktor genetik. Peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya dalam hal stres mental, sebaliknya pada penyakit malaria peran lingkungan biologis lebih besar.
8
Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu menekankan
pentingnya agen. Di sini
dipentingkan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung pada penyakit yang bersangkutan. Teori ini merupakan pendekatan lain untuk manusia
menjelaskan dan
hubungan
antara
lingkungan. Roda
terdiri
daripada satu pusat (pejamu atau manusia) yang memiliki susunan genetik sebagai intinya. Disekitar
pejamu
terdapat
lingkungan yang dibagi secara skematis ke dalam 3 sektor yaitu lingkungan biologi, sosial dan fisik. Besarnya komponen-kompenen dari roda tergantung kepada masalah penyakit tertentu yang menjadi perhatian kita. Untuk pen yakit-peyakit bawaan (herediter) inti genetik relatif lebih besar. Untuk kondisi tertentu seperti campak, inti genetik relatif kurang penting oleh karena keadaan kekebalan dan sektor biologi lingkungan yang paling berperanan. Pada model roda, mendorong pemisahan perincian faktor pejamu dan lingkungan, yaitu suatu perbedaan yang berguna untuk analisa epidemiologi. Memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak mementingkan pentingnya agent . Besarnya peran masing – masing – masing faktor bergantung pada penyakit yang bersangkutan. Peranan lingkungan fisik lebih besar dari yang lain pada sunburn. Peranan lingkungan biologis lebih besaar dari yang lain pada penyakit malaria. Peranan inti genetik lebih besar dari yang lain pada penyakit keturunan. (Kasjono dan Kristiawan, 2009) 9
4. Gordon Model
Manusia berinteraksi dengan berbagai faktor penyebab dalam lingkungan tertentu. Pada keadaan tertentu akan menimbulkan penyakit. Teori ini
secara
lebih
menghubungkan
luas
membahas
antara
tentang
sumber
penyebab
penyakit,
penyakit penderita
yang dan
lingkungannya. Model tradisional epidemiologi atau segitiga epidemiologi dikemukakan oleh Gordon dan dan La Richt (1950), (1950), menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu host, agent, dan environment . Gordon berpendapat bahwa: a. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan manusia (host (host ) b. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent dan host (baik individu/kelompok) c. Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan (lingkungan sosial, fisik, ekonomi, dan biologis). Model
gordon
ini
menggambarkan
terjadinya
penyakit
pada
masyarakat, ia menggambarkan terjadinya penyakit sebagai adanya sebatang pengungkit yang mempunyai titik tumpu di tengah-tengahnya, yakni Lingkungan (Environment). Pada kedua ujung batang tadi terdapat pemberat, yakni Agen (Agent) dan Pejamu (Host). Dalam model ini dianggap sebagai tiga elemen utama yang berperan dalam interaksi ini, sehingga terjadi keadaan sehat ataupun sakit. Interaksi di antara tiga elemen tadi terlaksana karena adanya faktor penentu pada setiap elemen. Model ini mengatakan bahwa apabila pengungkit tadi berada dalam keseimbangan, maka dikatakan bahwa
10
masyarakat berada dalam keadaan sehat, seperti gambar di bawah ini :
Sebaliknya, apabila resultan daripada interaksi ketiga unsur tadi menghasilkan keadaan tidak seimbang, maka didapat keadaan yang tidak tidak sehat atau sakit. Model gordon ini selain memberikan gambaran yang umum tentang penyakit yang ada di masyarakat, dapat pula digunakan untuk melakukan analisis, dan mencari solusi terhadap permasalahan yang ada. Dalam pandangan epidemiologi klasik dikenal segitiga epidemiologi (epidemiologic triangle) yang digunakan untuk menganalisis terjadinya penyakit yang di gambarkan sebagai berikut :
11
a) Keadaan sakit, adanya peningkatan agen infeksius b) Keadaan sakit, adanya peningkatan pada populasi. c) Keadaan sakit, adanya perubahan lingkungan yang mempermudah atau menguntungkan penyebaran agen. d) Keadaan sakit, terjadinya perubahan lingkungan yang merugikan atau menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh e) Keadaan sehat, keadaan seimbang antara host, agen, dan environment Konsep ini bermula dari upaya untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit menular dengan unsur-unsur mikrobiologi yang infeksius sebagai agen, namun selanjutnya dapat pula digunakan untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit tidak menular dengan memperluas pengertian agen.
B. PERMASALAHAN
DALAM
PENYELIDIKAN
PENYEBAB
SUATU
PENYAKIT MENULAR
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat prioritas masalah dalam kegiatan penyelidikan suatu penyakit menular: a.
Frekuensi kejadian (insidens, prevalens dan mortalitas);
b.
Kegawatan/ Severity (CFR, hospitalization rate, angka kecacatan);
c.
Biaya (biaya langsung dan tidak langsung);
d.
Dapat dicegah (preventability);
e.
Informasi mengenai penyakit dapat dikomunikasikan (communicability);
f.
Public interest Hambatan yang terjadi dalam surveilans epidemiologi. Ada beberapa
hambatan surveillans epidemiologi, dintaranya: 1. Kerjasama lintas sektoral. Surveillens epidemiologi harus bekerjasama dengan berbagai sektor yang
berkaitan
dengan
kesehatan,
kerjasama
tersebut
membutuhkan
partisipasi yang penuh untuk tecapainya pemecahan masalah kesehatan,
12
kadang kala sektor yang lain mempunyai pertisipasi yang rendah dalam kerjasama lintas sektoral tersebut. 2. Partisipasi masyarkat rendah Surveillens epidemiologi yang memang menangani masalah kesehatan masyrakat eharusnya benar-benar menggali informasi dari masyarakat dan penanganannyapun hasrus dengan masyarakat, sering dijumpai partsipasi masyarakat dalam pengambilan informasi dari petugas kesehatan berbelitbelit dan cenderung enutup-nutupi. 3. Sumber daya Hambatan yang paling menonjol dari hasil penelitian ini adalah sumber daya manusia. Hambatan yang berhasil di identifikasi berdasarkan persepsi renponden adlah sebagai berikut ; i.
Jumlah tenaga yang kurang untuk mengcover kegiatan PE
ii. Banyaknya tugas rangkap iii. Sarana Komputer, biasanya komputer bergantian untuk menyelesaikan tugas lain. 4. Ilmu pengetahuan dan teknologi Surveillans epidemiologi membutuhkan teknologi teknologi untuk mempercepat deteksi din, analisis penanggulangan dan penanggulangan masalah
kesehaatan,
kondisi
di
lapangan
seringkali
tenologi
di
laboratorium sering lambat sehingga mengganggu tahap deteksi dini dan penanganan kasus akan terlambat. 5. Kebijakan Seringkali kebijakan dari pemerintah dirasa masih menghambat dalam pelaksanaan surveilans. Contohnya saja baru ditangani apabila memang sudah menjadi KLB. Birokrasi pemerintahan yang rumit sering menjadi kendala dalam melakukan surveilans. Kebijakan yang belum dipahami petugas juga menjadi kendala dalam pelaksanaan surveilans. 6. Dana 13
Kegiatan surveilans ini tidak membutuhkan dana yang sedikit juga. Sering kali permasalahan dana menjadi penghambat dalam melakukan surveilans. 7. Jarak dan Transportasi Lokasi yang jauh dari perkotaan dan minimnya transportasi membuat kegiatan surveilans terhambat. Sering kali jarak membuat kegiatan surveilans berlangsung berhari-hari karena transportasi yang minim dan jarak yang jauh. Kondisi jalan juga mempengaruhi. (Rajab, 2009)
14
DAFTAR PUSTAKA
Andini,
Bevy
Aryah.
2013.
Konsep
Penyakit
Menurut
Epidemiologi.
http://www.xdocs.com/doc/102019511/Konsep-Penyakit-MenurutEpidemiologi (diakses pada 30 September 2014) Azwar, Azrul. 1988. Peng 1988. Penganta antarr Epidemio Epid emiologi logi Edisi Edis i Pertama. Perta ma. Jakarta : Bina Putra Aksara. Kasjono,
Eko
dkk.
2008.
Segitiga
Epidemiologi.
http://id.xdocs.com/doc/136220299/segitiga-Epidemiologi. Diakses pada 29 http://id.xdocs.com/doc/136220299/segitiga-Epidemiologi. September 2014 Kasjono,
Heru
Subraris
dan
Heldhi
B.
Kristiawan.
2009.
Intisari
Epidemiologi.Yogyakarta Epidemiologi.Yogyakarta : Mitra Cendekia Mausner, Judith S dan Shira Kranmer. 1985. Epidemiology An Introductory Text. Pennyslvania : WB Saunders Company Muliani, dkk. 2010. Segitiga Epidemiologi.http://id.xdocs.com/doc/136 Epidemiologi.http://id.xdocs.com/doc/136 Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Sulistijono,
Heru.
2012.
Konsep
Penyebab
Penyakit .
http://www.authorstream.com/Presentation/aSGuest131797-1383138-2konsep-penyebab-py/ (diakses pada 30 September 2014)) Soemirat, Juli. 2010. Epid 2010. Epidemio emiologi logi,, Wabah Penyaki Pen yakit, t, Lingkun Lin gkungan, gan, Sumber Sum ber Daya Alam. Alam . Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Timmreck, Thomas C. 2001. Epid 2001. Epidemio emiologi logi Suatu Sua tu Penganta Peng antar. r. Jakarta: Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
15