Preview only show first 10 pages with watermark. For full document please download

Pesimisme Arthur Schopenhauer (1788 -1860)

   EMBED


Share

Transcript

Pesimisme Arthur Schopenhauer (1788 - 1860) Secara filosofis, Pesimisme adalah gagasan/pandangan hidup yang memandang dunia yang terhadap pandangan/gagasan anti-optimis. Bentuk pesimisme bukan disposisi emosional seperti pada umumnya yang diketahui orang banyak (karena istilahnya "pesimis). Sebaliknya, itu adalah filsafat atau pandangan dunia yang secara langsung menantang gagasan kemajuan yang dianggap klaim berbasis optimisme agama. Pesimis sering dikaitkan dengan flsafat nihilistik (Nietzche) yang menganggap bahwa kehidupan itu tidak memiliki arti intrinsik/nilai atau seperti eksistensialis lainnya Albert Camus yang memandang kehidupan di dunia ini penuh dengan absuditas (filsafat Absurditas). Pesimisme Arthur Schopenhauer (1788 - 1860) berasal dari "Kehendak" atas alasan sebagai dorongan utama dari pemikiran dan perilaku manusia. Schopenhauer sendiri berpendapat bahwa keinginan manusia adalah sia-sia, tidak logika, tanpa pengarahan dan dengan keberadaan, juga dengan seluruh tindakan manusia di dunia. Keiningan adalah tindakan metafisikal seluruh fenomena yg bs diamati yang biasa disebut oleh Kant sebagai das Ding an sich. Pesimisme dari Schopenhaeur mempengaruhi bidang psikologi tentang alam bawah sadar yang dicetuskan oleh Freud dan tentang kehendak yang dikemudian hari yang berimplikasi pada filosofi Nietzhe tentang Kehendak untuk berkuasa. Pesimisme adalah keadaan pikiran di mana salah mengantisipasi hasil yang tidak diinginkan atau percaya bahwa kejahatan atau kesulitan dalam hidup lebih besar daripada yang baik atau kemewahan. Pesimisme Schopenhauer sendiri hadir pasca Immanuel Kant, Pesimismenya sangat dipengaruhi Immanuel Kant dan ajaran Budha. Pandangan Immanuel Kant yang diresapi Arthur jelas terlihat dalam Dunia sbg Ide dan Kehendak. Bahwa pengetahuan manusia terbatas pada penampakan dan fenomena. Arhut mengambil pandangan Kant bahwa, manusia merasa mengetahui dunia yg sedang dihadapinya, padahal masih banyak misteri-misteri yang belum diketahui. Arthur berpandangan bahwa dalam realitas total, terdapat juga realitas-realitas immaterial, tak terdiferensiasi, tak berwaktu, tak beruang yang demikian tersebutlah manusia sejatinya tak memiliki pengetahuan yang bersifat langsung. Realitas itu dimanifastikan dalam dunia fenomenal dari objek-objek materiil, termasuk manusia itu sendiri yg terdiferensiasikan dalam ruang dan waktu. Kesimpulan ini yang merupakan ajaran utama dari Hindu dan Budha. Arthur sendiri mengkritik optimisme logika Kant dan Hegel bahwa manusia hanya didorong keinginan dasar sendiri yg diarahkan kepada seluruh manusia. Pandangan filosofis Schopenhauer melihat bahwa hidup adalah penderitaan. Bagi Schopenhaeur, terdapat dua jalan untuk mengendalikan Kehendak. Estetika dan Etika. Jalan estetika hanyalah jalan sementara untuk melanjutkan ke jalan pembebasan yang sesungguhnya, yaitu Etika. Jalan etika merupakan jalan yang mengikuti logika Schopenhaeur tentang bagaimana ia memandang suatu kehendak untuk hidup yang membentuk penderitaan. Schopenhaeur menjawabnya dengan penyangkalan diri (Entsagung) sebagai jalan pembebasan manusia dari penderitaan. Baginya, kehendak manusia itu tidak akan pernah tepenuhi, akan ada kehendak-kehendak lain untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang jika tak tersampaikan akan membuat penderitaan hidup itu sendiri. Akan tetapi, Schopenhauer sangat tidak menyarankan untuk bunuh diri sebagai solusi untuk tidak lagi/mengakhiri penderitaan itu sendiri. Bunuh diri bagi Schopenhaeur merupakan keinginan egoistik, karena keinginan untuk mengalahkan kehendak transendental demi kehendak individual agar lepas dari penderitaan. Bunuh diri bukanlah suatu solusi bahwa manusia sudah sampai pada kesadaran dalam penyangkalan diri atau biasa disebut sebagai "Prinsip Individualitas" (Principium Individuationis) atau PI. PI ini merupakan kesadaran tentang kesatuan dalam kemajemukan dalam dunia fenomenal. Beberapa karya/buku terbitan beliau diantaranya: Die Welt als Wille und Vorstellung (Dunia sebagai Kehendak dan Ide). Diterbitkan dalam dua jilid, tahun 1819 dan 1844. Tesis utamanya ialah: "dalam hakikatnya yang menyeluruh, dunia yang kita diami ini tidaklah lain daripada kehendak dan sekaligus ide belaka". Uber den Willen in der Natur (Tentang Kehendak dalam Alam). Diterbitkan tahun 1836 yang isinya uraian singkat tentang inti dan poko dari Metafisika. Substratum atau alas tetap dari seluruh jagat raya adalah kehendak. Die bieden Grundprobleme der Ethik (Persoalan Dasar Etika). Diterbitkan tahun 1841 terdiri dari dua bahasan. Pertama tentang Kebebasan Kehendak Manusia yangmana kehendak sebagai das Ding an sich memang bebas, namun kehendak individu dalam dunia fenomenal tidak. Kedua, tentang Fundamental Moral yang mengkritik etika Kant dan penjelasan sikap belarasa sebagai dasar moralitas. Parerga und Paralipomena (Karya sambilan dan Sisa-Sisa tertinggal). Karya ini dianggap sebagai mahakarya dari Schopenhauer tahun 1851. Terdiri dari dua jilid. Tentang Aforisme-aforisme Kebijaksanaan hidup. Suatu keinginan untuk merubah penderitaan menjadi kesenangan, kegembiraan -bukan kemungkinan tiadanya rasa sakit- sebagai tujuan hidup. Orang dungu mengejar-ngejar kenikmatan hidup, orang bijak mengjindari kemalangan hidup. Referensi: Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 345-346 Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 336