Preview only show first 10 pages with watermark. For full document please download

Rekomendasi Pemupukan Kalium Pada Budi Daya Cabai Merah Besar (capsicum Annuum L) Di Inceptisols Dramaga Amanda Sari Widyanti

i REKOMENDASI PEMUPUKAN KALIUM PADA BUDI DAYA CABAI MERAH BESAR (Capsicum annuum L) DI INCEPTISOLS DRAMAGA AMANDA SARI WIDYANTI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

   EMBED


Share

Transcript

i REKOMENDASI PEMUPUKAN KALIUM PADA BUDI DAYA CABAI MERAH BESAR (Capsicum annuum L) DI INCEPTISOLS DRAMAGA AMANDA SARI WIDYANTI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 ii i PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rekomendasi Pemupukan Kalium pada Budi Daya Cabai Merah Besar (Capsicum annuum L) di Inceptisols Dramaga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2014 Amanda Sari Widyanti NIM A * Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada kerja sama yang terkait. ii ii ABSTRAK AMANDA SARI WIDYANTI. Rekomendasi Pemupukan Kalium pada Budi Daya Cabai Merah Besar (Capsicum annuum L) di Inceptisols Dramaga. Dibimbing oleh ANAS D SUSILA Penelitian ini bertujuan memperoleh dosis optimum pemupukan kalium pada Inceptisols Dramaga. Penelitian dilaksanakan di unit lapangan Cikabayan University Farm mulai Maret sampai Juli Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) 1 faktor dengan lima perlakuan dosis pemupukan K, yaitu 0X (0 kg K 2 O ha -1 ), ¼ X ( kg K 2 O ha -1 ), ½ X( kg K 2 O ha -1 ), ¾ X( kg K 2 O ha -1 ), dan 1X ( kg K 2 O ha -1 ). Pupuk kalium diaplikasikan dalam tiga kali aplikasi pada 3, 6, dan 9 MST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan K meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot per tanaman, bobot per buah, diameter buah, panjang buah, bobot layak per petak, bobot tidak layak per petak, bobot layak per hektar, dan tidak layak pasar per hektar dengan pola respon linear. Sementara itu penambahan kalium tidak berpengaruh terhadap waktu antesis dan waktu masak buah. Penambahan pupuk kalium juga meningkatkan hasil bobot panen total per petak dan panen total per hektar dengan pola respon kuadratik. Pada tingkat kelas ketersediaan K sedang dengan nilai terekstrak ppm (Morgan) dihasilkan rekomendasi kalium untuk budi daya cabai merah besar di inceptisols Dramaga adalah kg K 2 O ha -1. Kata kunci: dosis optimum, K 2 O, Morgan, pupuk ABSTRACT AMANDA SARI WIDYANTI. Fertilization Recommendation for Red Chilli Cultivation (Capsicum annuum L) in Inceptisols Dramaga. Supervised by ANAS D SUSILA The objective of this study is to find out the optimum rate of potassium fertilization in Inceptisols Dramaga. The experiment was conducted at Cikabayan University Farm from March to July This study was arranged in Randomized Complete Block Design one factor with five K fertilization rates, ie 0X (0 kg K 2 O ha -1 ), ¼ X ( kg K 2 O ha -1 ), ½ X ( kg K 2 O ha -1 ), ¾ X ( kg K 2 O ha -1 ), and 1X ( kg K 2 O ha -1 ). Potassium fertilizer was applied in three applications at 3, 6, and 9 weeks after transplanting. The results showed that K fertilization increase plant height, leaf number, weight per plant, fruit weight, fruit diameter, fruit length, marketable yield per plot, unmarketable yield per plot, marketable yield per hectare, and unmarketable yield per hectare with linear response pattern. While the addition of potassium did not affect the time of anthesis and fruit ripening. The addition of potassium fertilizer also increase total yield per plot and total yield per hectare with quadratic response pattern. In the medium K soil content with the value of ppm (Morgan) K recommendation for red chili in inceptisols Dramaga is kg K 2 O ha -1. Keywords: fertilizer, K 2 O, Morgan, optimum rate REKOMENDASI PEMUPUKAN KALIUM PADA BUDI DAYA CABAI MERAH BESAR (Capsicum annuum L) DI INCEPTISOLS DRAMAGA AMANDA SARI WIDYANTI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 iv v Judul Skripsi : Rekomenasi Pemupukan Kalium pada Budi Daya Cabai Merah Besar (Capsicum annuum L) di Inceptisols Dramaga Nama : Amanda Sari Widyanti NIM : A Disetujui oleh Prof Dr Ir Anas D Susila MSi Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Agus Purwito MSc Agr Ketua Departemen Tanggal Lulus: vi vii PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang memberi kekuatan dan hidayah sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana di Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berjudul Rekomendasi Pemupukan Kalium pada Budi Daya Cabai Merah Besar (Capsicum annuum L) di Inceptisols Dramaga yang bertujuan untuk mendapatkan dosis rekomendasi optimal budi daya cabai di Inceptisols Dramaga. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof Dr Ir Anas D Susila MSi selaku dosen pembimbing skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya. Bogor, Desember 2014 Amanda Sari Widyanti viii ix DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii PENDAHULUAN 1 Tujuan Penelitian 2 Hipotesis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Cabai dan Syarat Tumbuh 2 Unsur Hara dan Pupuk 2 Kebutuhan Kalium (K) 3 Inceptisols 4 Rekomendasi Pemupukan 4 METODE PENELITIAN 5 Waktu dan Lokasi Penelitian 5 Bahan dan Alat 5 Rancangan Penelitian 5 Pelaksanaan Penelitian 6 Pengamatan 7 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Kondisi Umum 8 Respon Tanaman pada Berbagai Penambahan Hara K Tanah 10 Rekomendasi Pemupukan 13 Pembahasan 14 SIMPULAN DAN SARAN 15 Simpulan 15 Saran 16 DAFTAR PUSTAKA 16 RIWAYAT HIDUP 19 x DAFTAR TABEL 1 Sifat fisik dan kimia tanah Inceptisols Dramaga pada kedalaman 0-30 cm di lokasi kebun percobaan Cikabayan 9 2 Interpretasi data nilai K terekstrak Morgan menurut Amisnaipa et al. (2009) 10 3 Rataan tinggi tanaman (cm) cabai pada berbagai penambahan K tanah 10 4 Rataan jumlah daun cabai pada berbagai penambahan K tanah 11 5 Rataan waktu antesis dan waktu buah masak pada berbagai penambahan K tanah 11 6 Rataan bobot per tanaman, bobot per buah, diameter buah, dan panjang buah cabai pada berbagai penambahan K tanah 12 7 Total bobot layak dan tidak layak per petak dan bobot layak dan tidak layak per hektar cabai pada berbagai penambahan K tanah 12 8 Rataan bobot panen total per petak dan per hektar cabai pada berbagai penambahan K tanah 13 DAFTAR GAMBAR 1 Kondisi tanaman cabai 8 2 Kurva respon hasil panen total cabai terhadap pemupukan K pada kelas ketersediaan K sedang 13 3 Buah cabai: a. Layak pasar b. Tidak layak pasar karena penyakit 14 c. Tidak layak pasar karena bentuk tidak normal DAFTAR LAMPIRAN 1 Deskripsi varietas Gada F Cara perhitungan bobot 20 PENDAHULUAN Latar Belakang Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman hortikultura yang penting dan merupakan salah satu komoditas strategis dengan nilai ekonomi tinggi di Indonesia (Kementan 2012). Selama tahun 2013 produksi nasional cabai mencapai ton (BPS 2014). Produksi tersebut melebihi target produksi cabai pada 2013 sebesar 1.47 juta ton. Produksi cabai merah selama periode cenderung meningkat, namun pada saat ini produktivitas masih dikatakan rendah kg per pohon atau 6.84 ton ha -1 (BPPN 2013). Berdasarkan data tersebut, maka peningkatan produksi tanaman cabai masih perlu diupayakan. Tingkat keberhasilan tanaman untuk berproduksi secara maksimum tidak terlepas dari pengelolaan yang diberikan seperti teknik budi daya dengan mengaplikasikan pupuk sesuai kebutuhan tanaman dan lingkungan sekitar. Banyaknya variasi rekomendasi pemupukan mengakibatkan produksi cabai Indonesia belum maksimal. Rekomendasi pemupukan yang bervariasi terjadi karena Indonesia belum ada data baku rekomendasi pemupukan untuk komoditas cabai yang dibuat berdasarkan hasil analisis hara tanah. Petani melakukan pemupukan hanya berdasarkan pengalaman dari kegiatan bertanam sebelumnya atau menggunakan rekomendasi pemupukan yang tertera di kemasan pupuk yang digunakan, sedangkan dosis rekomendasi yang ada pada kemasan belum tentu dibuat berdasarkan hasil analisis hara tanah. Sampai saat ini data dasar status hara K pada lahan budi daya sayuran belum tersedia (Hilman et al. 2008). Dosis anjuran untuk tanaman sebagian besar juga masih bersifat sangat umum, padahal kebutuhan pupuk berbeda untuk setiap jenis tanaman, tanah, dan lokasi maupun teknik budi daya yang digunakan, sehingga uji tanah dan lokasi harus dilakukan (Rochayati et al 1999). Unsur Kalium (K) merupakan salah satu unsur hara makro yang penting bagi tanaman, karena unsur ini terlibat langsung dalam beberapa proses fisiologis, sehingga dosis pemberian unsur K berpengaruh terhadap hasil produksi tanaman. Amisnaipa (2009) dalam penelitian pemupukan K pada tanah Inceptisols Dramaga juga menunjukkan bahwa pada kelas hara K sangat rendah sampai sedang memberikan pengaruh signifikan terhadap tinggi tanaman tomat, rataan jumlah, diameter, dan bobot buah panen. Analisis kandungan hara tanah sangat berpengaruh terhadap rekomendasi hara yang akan diberikan. Berdasarkan penelitan yang dilakukan Amisnaipa (2009) metode analisis uji hara K pada tanah Inceptisols Dramaga dengan Morgan merupakan metode pengekstrak yang memberikan nilai paling konsisten dengan kondisi hara dalam tanah. Kriteria nilai K terekstrak Morgan untuk menilai tingkat ketersediaan hara K adalah : (1) tergolong sangat rendah, jika nilai terekstraknya ppm K, (2) rendah, jika nilai terekstraknya ppm K, (3) sedang, jika nilai terekstraknya ppm K, (4) tinggi dan sangat tinggi, jika nilai terekstraknya ppm K.. Penelitian terhadap tomat tersebut menjadi dasar dilakukan penelitian ini sehingga akan dapat dihasilkan rekomendasi pemupukan K optimal untuk budi daya cabai dataran rendah di Inceptisols Dramaga. 2 Penelitian penyusunan rekomendasi pemupukan berdasarkan uji tanah ini menindaklanjuti penelitian yang telah dilakukan oleh Amisnaipa et al. (2009) di lokasi yang sama namun komoditias berbeda. Penelitian yang dilakukan harus terencana, berkesinambungan, dan spesifik lokasi. Semakin banyak penelitian dilakukan akan memperbaiki keakuratan rekomendasi dosis tersebut (Izhar 2012). Tujuan Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mendapatkan dosis rekomedasi optimum pemupukan K untuk budi daya tanaman cabai di tanah Inceptisols Dramaga. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat dosis rekomendasi optimum pemupukan K untuk budi daya cabai di tanah Inceptisols Darmaga. TINJAUAN PUSTAKA Cabai dan Syarat Tumbuh Tanaman cabai (Capsicum sp.) merupakan tanaman sayuran yang tergolong tanaman setahun, berbentuk perdu, dari famili terung-terungan (Solanaceae). Buah tanaman cabai sangat digemari karena memiliki rasa pedas dan merupakan perangsang selera makan. Buah cabai juga memiliki kandungan vitamin, protein, dan gula fruktosa. Di Indonesia tanaman cabai mempunyai nilai ekonomi penting dan menduduki tempat kedua setelah sayuran kacang-kacangan (Rusli et al. 1997) Tanaman cabai dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400 m di atas permukaan laut, tetapi pertumbuhan di dataran tinggi lebih lambat. Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai merah adalah o C pada siang hari dan o C pada malam hari (Wien 1997). Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai merah adalah sekitar mm per tahun. Tanah yang ideal untuk penanaman cabai merah adalah tanah yang gembur, remah, mengandung cukup bahan organik (sekurangnya 1.5%), unsur hara dan air, serta bebas dari gulma. Tingkat kemasaman (ph) yang sesuai adalah 6-7 (Sumarni dan Muharam 2005). Unsur Hara dan Pupuk Unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman mencakup unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro antara lain karbon, oksigen, hidrogen, Unsur hara tersebut diserap dari tanah oleh akar dalam bentuk ion-ion organik, kecuali C, H dan O diserap oleh tanaman dari udara melalui daun (Hardjowigeno 2010). Unsur hara yang tersedia dalam tanah yang dapat diserap oleh tanaman dipengaruhi oleh kesuburan tanah itu sendiri, kemasaman tanah, kelembaban tanah, tinggi rendahnya bahan organik dalam tanah, kemampuan tanaman menyerap unsur hara tersebut, faktor iklim dan nilai ekonomi tanaman yang dibudi dayakan (Sutedjo 1987). Pupuk dapat diartikan sebagai bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung. Banyak bahan yang dikelompokkan sebagai pupuk. Pupuk dapat berasal dari alam atau pabrik (buatan). Pupuk dapat merupakan senyawa organik maupun anorganik. Pupuk dapat terdiri atas satu atau lebih unsur hara (Lestari 2008). Pemupukan atau penambahan unsur hara hanya dilakukan jika tanah tidak dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Tanah yang subur dan dapat memenuhi kebutuhan hara yang dibutuhkan tanaman tidak perlu dilakukan pemupukan (Leiwakabessy dan Sutandi 2004). 3 Kebutuhan Kalium (K) Menurut penelitian yang dilakukan Golcz et al. (2012) dibandingkan tanaman hortikultura lain, cabai memiliki kebutuhan terbesar untuk Kalium (40%) dan Nitrogen (31%) dalam kaitannya dengan jumlah total nutrisi yang diserap. Penelitian pada tanaman sayuran termasuk cabai, hasil respon terhadap kalium sangat penting bagi kualitas tanaman. Sebagian besar petani menggunakan terlalu banyak atau terlalu sedikit pupuk K yang mengakibatkan turunnya kualitas dan kuantitas tanaman (Ortas 2013). Penelitian lain yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa pupuk kalium dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman (Al Karaki 2000; Gupta dan Sengar 2000) hasil akhir dan kualitas (Nanadal et al. 1998). Kalium juga diketahui sebagai unsur yang memiliki pengaruh penting terhadap faktor kualitas hasil panen (Imas dan Bansal 1999; Lester et al. 2006). Penelitian Zhen et al. (1996) telah membuktikan bahwa K memainkan peran utama dalam proses fisiologis dan biokimia seperti aktivasi enzim, metabolisme karbohidrat dan senyawa protein. Marschner (1995) serta Mengel dan Kirkby (1980) juga menambahkan dalam penelitiannya bahwa K dapat meningkatkan ukuran buah dan merangsang pertumbuhan akar. Johnson dan Decoteau (1996) menunjukkan bahwa biomassa, jumlah buah, dan bobot buah per tanaman meningkat secara linear dengan meningkatkan tingkat K. Unsur K juga mempengaruhi kualitas fisik produk cabai. Menurut Subhani et al. (1992) Kalium dapat memperbaiki warna, kilau (glossiness) dan akumulasi bahan kering dalam buah-buahan. Kandungan K di dalam tanah sangat beragam, mulai dari 0.1%-3%, dengan rata-rata 1% K. Ketersediaan K dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah kadar lengas tanah, kapasitas tukar kation (KTK), kandungan kation lain, ph, aerasi dan jenis tanah. Sebagian besar K yang terdapat di dalam tanah terikat dalam bentuk mineral sehingga sulit diserap oleh tanaman. Unsur hara K yang dapat diserap oleh tanaman dari tanah berbentuk ion K + (Munawar 2011). 4 Tanaman yang kekurangan unsur K memiliki daun muda yang berwarna hijau tua, batang kecil dan buku pendek atau dengan kata lain tanaman mengalami kerdil. Daun tua pada tanaman mengalami nekrosis pada bagian pinggir atau ujung daun atau mengalami nekrosis pada pertulangan daun. Unsur K bersifat mobile di dalam tanaman, sehingga gejala kekurangan K pertama kali dapat muncul pada bagian tanaman yang tua. Tanaman yang kekurangan K biasanya sering dijumpai pada tanah-tanah dengan tekstur kasar atau dengan kandungan pasir tinggi (Munawar 2011). Selain itu, kekurangan unsur K juga mengakibatkan berkurangnya hasil fotosintesis dan hasil panen akhir (Ding et al. 2006). Inceptisols Inceptisols merupakan salah satu jenis tanah yang paling luas penyebarannya di Indonesia, sekitar juta hektar atau 37.5% dari keseluruhan daratan Indonesia (Puslittanak 2000). Tanah inceptisols di Indonesia memiliki tingkat kesuburan yang bervariasi dari sangat rendah sampai tinggi. Tingkat keasaman dari asam sampai netral, kandungan bahan organik rendah sampai sedang, N &P potensial rendah sampai tinggi, K potensial sangat rendah sampai sedang dan KTK sedang sampai tinggi (Subagyo et al. 2000). Menurut Nursyamsi dan Suprihati (2005) kebutuhan pupuk K di tanah Inceptisols lebih tinggi dibandingkan kebutuhan K pada tanah lain seperti Vertisol dan Andisol. Tanah Inceptisols juga memiliki keberagaman produktivitas karena tidak memiliki karakter fisik dan kimia khusus, sehingga pemanfaatannya ke depan perlu ditingkatkan (Hanudin et al. 2012). Rekomendasi Pemupukan Pengujian tanah dan membuat rekomendasi pemupukan merupakan dua hal yang berbeda. Hasil uji tanah adalah memperkirakan nutrisi tanaman yang tersedia di lapang, sedangkan rekomendasi pemupukan yang didasarkan pada interpretasi hasil uji tanah, menentukan berapa banyak hara yang dibutuhkan oleh suatu tanaman tertentu di lapangan (Murdock 2010). Menurut Melsted dan Peck (1973) ada enam kriteria yang harus diketahui dalam pembuatan rekomendasi pemupukan yaitu: (1) status hara tanah, (2) tanaman yang akan ditanam, (3) pola tanam dan luasan yang akan digunakan, (4) kebutuhan maksimum tanaman untuk pertumbuhannya, (5) peningkatan laju pertumbuhan tanaman dengan pemberian pupuk, dan (6) metode pemupukan. Rekomendasi pemupukan harus berdasar analisis hara tanah yang dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi hara terbaik. Metode tersebut harus menunjukkan hasil yang sesuai dengan kandungan hara sebagai representasi tingkat kesuburan tanah. Berdasarkan penelitian Amisnaipa et al. (2009) metode ekstraksi hara tanah yang terbaik untuk tanah Inceptisols Dramaga adalah menggunakan Morgan karena metode ekstraksi ini yang memberikan nilai konsisten dengan kondisi hara dalam tanah. Kriteria nilai K terekstrak Morgan untuk menilai tingkat ketersediaan hara K adalah : (1) tergolong sangat rendah, jika nilai terekstraknya ppm K, (2) rendah jika nilai terekstraknya ppm K, (3) sedang, jika nilai terekstraknya ppm K, (4) tinggi dan sangat tinggi, jika nilai terekstraknya ppm K. Amisnaipa et al. (2009) juga mendapatkan rekomendasi pemupukan K di Inceptisols Dramaga disusun untuk kelas ketersediaan K sangat rendah, rendah, dan sedang. Sementara untuk kelas ketersedian hara K tinggi dan sangat tinggi tidak perlu dilakukan pemupukan karena tanaman tidak menunjukkan respon terhadap pemupukan. Penyusunan rekomendasi pemupukan dapat menggunakan kurva respon umum tanaman (generalized curve) terhadap pemupukan K untuk masing-masing kelas ketersediaan hara K tanah. Namun dalam penelitian ini kelas ketersediaan hara K tanah hanya pada satu kelas karena keterbatasan waktu. 5 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai Maret 2014 sampai Juli Penelitian merupakan percobaan lapang yang dilakukan di Kebun Percobaan University Farm IPB, Cikabayan, Darmaga, Bogor dengan ketinggian tempat sekitar 250 m dari permukaan laut. Jenis tanah adalah Inceptisols Darmaga. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia dan Uji Tanah, Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan yaitu benih cabai varietas Gada F1 (Lampiran 1) yang cocok di daerah dataran rendah sampai menengah. Bahan lain adalah pupuk urea (46% N), SP-36 (36% P 2 O 5 ) dan KCl (60% K 2 O), pupuk kandang ayam, kapur Kalsium Karbonat (CaCO 3 ), media semai berupa arang sekam, pestisida Dursban 200 EC bahan aktif klorpirifos, dan bahan-bahan kimia untuk analisis tanah. Alat yang digunakan dalam pembuatan petak-petak percobaan serta penanaman adalah seperangkat alat budi daya pertanian berupa cangkul, sekop, ember, garu, tali tanam, dan sebagainya. Rancangan Penelitian Percobaan ini akan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu dosis pemupukan K yang terdiri atas 5 taraf perlakuan. Setiap taraf perlakuan dila