Preview only show first 10 pages with watermark. For full document please download

Tugas Filsafat Dan Penciptaan Ilmu

Tugas Filsafat dan Penciptaan Ilmu. Resume Film “Africa's Forgotten Kingdom” dan Hubungannya dengan Ilmu Menurut K. Merton Disusun Oleh: Annisaa ...

   EMBED

  • Rating

  • Date

    October 2018
  • Size

    103.8KB
  • Views

    6,673
  • Categories


Share

Transcript

Tugas Filsafat dan Penciptaan Ilmu Resume Film “Africa's Forgotten Kingdom” dan Hubungannya dengan Ilmu Menurut K. Merton Disusun Oleh: Annisaa Mayangsari 11/319137/TK/38268 Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2014 Ilmu dalam definisi konotatif mengandung arti sebuah pengetahuan dengan ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah bermetode, berobjek, sistematik dan universal. Sedangkan menurut K. Merton, ilmu dibagi menjadi 3 yaitu: 1. Ilmu sebagai sebuah proses 2. Ilmu dalam artian produk 3. Ilmu dalam artian masyarakat Dalam film yang berjudul Africa's Forgotten Kingdom, kita akan dapat melihat bagaimana  peneliti melakukan penelitian terhadap suatu daerah di pedalaman Afrika untuk mencari kota legenda yang telah hilang. Dari isi cerita yang terdapat pada film tersebut akan dapat kita hubungkan berbagai proses dan kejadian yang ada dengan pengertian ilmu menurut K. Merton. Pada tahun 1871, seorang warga Negara Jerman, Karl Mauch memiliki keinginan melakukan penelitian untuk mencari kota legenda di pedalaman Afrika serta menemukan reruntuhan peradaban kuno satu-satunya yang ada di benua tersebut. Karl Mauch bukanlah seorang ilmuwan terkenal atau seorang yang berpendidikan tinggi, dia hanyalah seorang guru yang mempunyai rasa ingin tahu lebih tentang peradaban kuno. Pehamanan awal yang dimilikinya  bersumber dari d ari Alkitab yang dibacanya. Karl Mauch juga mempelajari sendiri tentang pemetaan, geologi serta ilmu-ilmu lainnya yang akan mendukung dalam kegiatan penelitiannya. Dalam hal ini kita dapat melihat bahwa ilmu merupakan suatu proses dimana seseorang yaitu Karl Mauch melakukan aktivitas pemahaman tentang ilmu-ilmu pendukung kegiatan penelitian seperti dengan membaca Alkitab, mempelajari pemetaan, geologi dan ilmu lainnya serta penemuan tentang adanya sebuah legenda yang telah hilang di pedalaman Afrika yang akan diteliti olehnya. Karl Mauch menulis surat kepada Institut Geografi Jerman dengan harapan akan mendapat dukungan untuk melakukan penjelajahan di Afrika. Ternyata balasan yang didapat tidak sesuai harapan. Permintaannya ditolak karena menurut institusi tersebut untuk menjelajah Afrika harus dilakukan oleh ahlinya dalam artian mereka yang berada pada tingkat social lebih tinggi. Karl Mauch mendapat penolakan karena dirinya bukanlah anggota klub tersebut, dia hanya seorang didaktika yang belum pernah kuliah sehingga tidak mempunyai gelar dan tidak mempunyai koneksi. Melakukan penjelajahan di Afrika sangat berbahaya dan membutuhkan biaya mahal oleh karena itu dibutuhkan koneksi untuk melakukan penjelajahan. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa Universalisme terjadi Universalisme terjadi pada Karl Mauch. Universalisme mempunyai Universalisme mempunyai arti bahwa tidak ada hak istimewa bagi ilmuwan terhadap klaim penemuannya, argumentasi teoritis, prosedur  penerimaan karya ilmiah untuk publikasi, penghargaan dan akses untuk komunikasi dikarenakan kebangsaan, ras, agama, klas social dan lain-lain. Karl Mauch mendapatkan perlakuan seperti itu karena dia bukanlah seorang yang berstatus social tinggi, bukan anggota klub institusi tersebut serta bukanlah seorang yang memiliki penghargaan tinggi pada dirinya. Hal ini seharusnya tidak  boleh terjadi, namun tak bisa dipungkiri hal tersebut terjadi dalam kehidupan ini. Pada tahun 1864 Karl Mauch berhasil sampai di Afrika dengan menjadi seorang awak kapal untuk berlayar sampai di benua tersebut. Awalnya dia merasa asing dengan lingkungan  barunya, namun dia berusaha untuk terus menyesuaikan diri. Di waktu senggang selama  perjalannya menuju kota legenda yang hilang, dia selalu melakukan proses dalam mendapatkan ilmu yaitu dengan mencatat, menggambar dan meneliti segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Dalam perjalanannya, kembali ditemukan terjadinya Universalisme  Universalisme  yaitu adanya perlakuan yang tidak manusiawi bangsa kulit putih terhadap bangsa kulit hitam (penduduk asli setempat). Hal ini terjadi karena bangsa kulit putih menganggap bangsa kulit hitam bukanlah manusia sehingga  pantas untuk diperlakukan secara tidak adil. Karl Mauch harus berpura-pura menjadi orang gila agar tetap dapat melakukan penelitian karena adanya penolakan dari masyarakat setempat yang tidak menyukai adanya sesorang yang membuat peta atau meneliti daratan. Seiring berjalannya waktu, Karl Mauch mulai membuat peta dan menggambar pedalaman Afrika dengan bantuan kompas, pena dan tinta. Kemudian Karl Mauch mengirim buku hariannya  pada Institut Geografi Jerman yang pernah menolaknya dulu. Kini institute tersebut justru menerbitkan buku harian Karl Mauch bahkan menganggapnya sebagai penjelajah dari Jerman. Dari penjelasan tersebut kita dapat melihat adanya Communalism dalam Communalism dalam ilmu yaitu ilmu dibagikan dan dikomunikasikan kepada semua orang karena ilmu merupakan  public knowledge dengan diterbitkannya buku harian Karl Mauch yang dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang apa yang telah diteliti olehnya. Akan tetapi, kita juga melihat adanya  Disinterestedness dimana setelah Karl Mauch berhasil melakukan penelitian barulah dia dianggap sebagi peneliti dari Jerman, hal ini tentu saja dimaksudkan untuk kepentingan nama Negara Jerman dalam menaikkan namanya di mata dunia. Tentu saja hal ini tidak boleh terjadi karena pada dasarnya kegiatan ilmiah dilakukan demi kepentingan objektivitas ilmu yang bebas dari propaganda dan kepentingan pribadi. Karl Mauch terus menyusuri pedalaman Afrika hingga akhirnya menemukan reruntuhan dinding batu yang telah hancur dimana dulunya diyakini sebagai kebudayaan di Sub Sahara Afrika. Disini kita dapat melihat kembali adanya ilmu sebagai sebuah proses dan ilmu dalam artian produk. Ilmu sebagai sebuah proses dapat dilihat ketika Karl Mauch melakukan penelitian tentang asal mula dibangunnya dinding batu tersebut. Dia mulai berprasangka bahwa bangsa Eropa ikut andil dalam proses pembangunannya. Hal ini diyakini karena Karl Mauch beranggapan  bahwa warga Afrika biasanya membangun rumah dari rumput dan tinggal di daratan yang luas. Untuk mendapatkan bukti lain bahwa peradaban itu dulunya berasal dari luar Afrika, Karl Mauch kembali meneliti dengan mengambil cungkilan kayu yang aromanya seperti pohon cedar yang merupakan bahan baku pensil. Kayu ini berasal dari Libanon dan bukan Afrika. Untuk meyakinkan jawaban atas apa yang ditemukannya, Karl mauch kembali membaca Alkitab dan legenda yang telah ada. Dari berbagi penelitian dan pemahaman yang dilakukannya, kita dapat melihat bahwa ilmu merupakan suatu proses dan bukanlah hal instan untuk mendapatkannya. Selain itu, kita juga dapat melihat bahwa ilmu merupakan suatu produk dimana Karl Mauch telah melakukan penelitian dengan terlebih dahulu dia memiliki dugaan tentang apa yang akan ditelitinya, lalu tinggal bagaimana Karl Mauch dapat memepertahankan netralitasnya dalam  penelitian yang dilakukannya didepan masyarakat ilmiah apakah hal tersebut akan disetujui atau  bahkan mendapat penolakan. Saat Karl Mauch menjelaskan hasil penelitiannya di depan masyarakat ilmiah, ternyata dia mendapat bantahan dan penolakan tentang penemuan besarnya karena apa yang disampaikan tidak sesuai dengan yang diharapkan masyarakat ilmiah. Di sini kita dapat melihat ilmu sebagai Communalism  Communalism  dimana temuan yang didapat oleh Karl Mauch harus dipaparkan di depan masyarakat ilmiah (institute) beserta kesimpulan dan semua buktinya, meskipun akhirnya kesimpulan tersebut mendapat penolakan. Karena tekanan yang dialami setelah kejadian tersebut, Karl Mauch memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri pada tahun 1875. Sekitar 50 tahun kemudian, tepatnya  pada tahun 1929, seorang ahli purbakala bernama Gertrude Caton-Thompson melakukan  penjelajahan di reruntuhan Zimbabwe, tempat yangs ebelumnya telah diteliti oleh Karl Mauch. Gertrude dapat dikatakan sebagai ahli purbakala yang meneruskan penelitian dari Karl Mauch. Saat akan melakukan penelitian, semua bukti yang ada sudah terhapus, namun hal tersebut tidak membuat Gertrude menyerah. Yayasan Anglo-Rodesia mendekati Gertrude untuk menawarkan bantuan yang diperlukan dalam kegiatannya melakukan penggalian di Zimbabwe dalam rangka penelitian. Apa yang dilakukan yayasan tersebut bukannya tanpa pamrih, mereka menginginkan dalam waktu 8 bulan Gertrude sudah memberikan hasil tentang apa yang ditelitinya. Tentu saja mereka juga menginginkan apa yang dihasilkan sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Sebelumnya, Gertrude mengalami cobaan dimana dana bantuan untuk  penelitiannya di Mesir dihentikan, namun hal tersebut tidak membuatnya menyerah dan terus maju. Seiring berjalannya waktu, ternyata Universalisme  Universalisme  terus terjadi di daratan Afrika. Warga kulit putih yang merupakan pendatang, melakukan hal-hal yang tidak adil terhadap warga kulit hitam, hal tersebut juga ditemukan saat Gertrude mulai melakukan penelitian. Hasil awal yang didapatkan Gertrude menyatakan bahwa tidak ada bukti yang menyatakan jika bangunan yang telah runtuh tersebut dibangun oleh bangsa kulit putih. Gertrude melakukan penelitian dengan menggunakan pesawat dan merupakan pertama kalinya ada penelitian menggunakan pesawat. Dari atas pesawat, Gertrude dapat melihat adanya garis yang dari tanah disamarkan oleh daun-daun. Jalur itu menuju ke teras di bawah dinding bukit yang belum pernah dipakai selama beberapa ratus tahun. Menimbang dari apa yang dilihatnya, Gertrude kemudian memindahkan timnya ke lokasi tersebut dan mendapatkan banyak obyek yang menjelaskan bahwa objek-objek tersebut asli Afrika. Dari apa yang dilakukan Gertrude Gertrude kita kembali dapat melihat bahwa adanya suatu proses dalam ilmu, apa yang diperoleh membutuhkan pemahaman dan penemuan untuk dapat memastikan apa yang akan dihasilkan. Sampai pada batas waktu 8 bulan yang diberikan yayasan kepada Gertrude, akhirnya Gertrude menarik kesimpulan bahwa Zimbabwe merupakan kota kulit hitam Afrika sejak abad 914. Gertrude menyampaikan hal tersebut di depan seluruh anggota yayasan, dan ternyata apa yang disampaikannya tidak dapat diterima karena anggota yayasan meyakini bahwa bangsa Afrika tidak dapat membuat peradaban seperti itu. Dari hal tersebut dapat dilihat adanya Skeptisisme  Skeptisisme  dimana kesimpulan yang dulunya telah dibuat Karl Mauch mengenai Zimbabwe yang merupakan  peninggalan bangsa ban gsa kulit putih ternyata terbantahkan oleh teori Gertrude yang menyatakan bahwa b ahwa Zimbabawe merupakan peninggalan bangasa kulit hitam. Akan tetapi hal tersebut masih harus didukung bukti yang lebih lagi dan tidak ada jaminan apakah teori tersebut benar. Karena dari apa yang disampaikan oleh Gertrude pun masih mendapat bantahan.