Preview only show first 10 pages with watermark. For full document please download

Wawacan Samun, Salah Satu Cerita Dalam Kesenian Gaok Di Daerah Majalengka: Edisi Teks Dan Terjemahan

Wawacan Samun, Salah Satu Cerita dalam Kesenian Gaok di daerah Majalengka: Edisi Teks dan Terjemahan Irna Kayati Dewi Abstrak Skripsi ini berjudul Wawacan Samun, Salah Satu Cerita dalam Kesenian Gaok Dari

   EMBED

  • Rating

  • Date

    May 2018
  • Size

    1.3MB
  • Views

    3,276
  • Categories


Share

Transcript

Wawacan Samun, Salah Satu Cerita dalam Kesenian Gaok di daerah Majalengka: Edisi Teks dan Terjemahan Irna Kayati Dewi Abstrak Skripsi ini berjudul Wawacan Samun, Salah Satu Cerita dalam Kesenian Gaok Dari Daerah Majalengka: Edisi Teks dan Terjemahan. Tujuan dari penelitian ini menyajikan identifikasi naskah, kasus salah tulis, suntingan teks Wawacan Samun (WS), dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia. Sumber data yang digunakan, sebuah naskah WS beraksara Latin, berbahasa Sunda, puisi wawacan. Pemilik naskah saat ini adalah Bapak Rukmin seorang dalang dalam Kesenian Gaok di dusun Tarikolot, desa Kulur, kecamatan Sindangkasih, kabupaten Majalengka. Metode kajian filologis yang digunakan adalah metode edisi naskah tunggal, edisi standar. Bentuk-bentuk penyimpangan yang ditemukan, diantaranya: substitusi, meliputi substitusi vokal dan substitusi konsonan sejumlah 7,272%. Omisi meliputi omisi vokal, omisi konsonan, omisi suku kata, omisi kata, omisi tanda padalisan, omisi padalisan, omisi tanda pada dan haplografi sejumlah 52,196%. Adisi, meliputi adisi vokal, adisi konsonan, adisi suku kata, adisi kata dan ditografi sejumlah 33,257%. Transposisi, meliputi transposisi gurulagu, transposisi kata, trasposisi urutan kata dan metatesis sejumlah 7,272%. Kemungkinan penyimpangan ini disebabkan karena kekurang telitian atau dipengaruhi oleh penyajian dalam Kesenian Gaok. Teks WS telah diedisi dalam satua-satuan bait sejumlah 972 dengan 52 pupuh. Beberapa pupuh tidak memenuhi aturan pupuh yang berlaku, di antaranya: Pupuh Sinom, Dangdanggula, Asmarandana, Pangkur, Durma, dan Gambuh. Hal ini merupakan keunikan konvensi pupuh. Kata kunci : Naskah Wawacan Samun, Kritik Teks, Edisi Teks dan Terjemahan. Mahasiswa Sastra Sunda, Fakultas Ilmu Budaya Univ. Padjadjaran, Kajian Filologi. Pendahuluan Apa yang menjadi objek penelitian ini? Tujuan dari penelitian ini? Majalengka adalah salah satu kabupaten yang berada di Jawa Barat, tepatnya berada di antara kota Sumedang dan kota Cirebon. Seperti daerah-daerah lain yang berada di Jawa Barat, Majalengka juga banyak sekali keanekaragaman budaya, misalnya dalam kesenian, tradisi, makanan dan lain sebagainya. Salah satu kesenian yang cukup lama adalah kesenian Gaok, yaitu seni membacakan wawacan 1 secara giliran. Asal mula dari Kesenian Gaok di Majalengka terbentuk antara tahun Gaok dipimpin oleh seorang dalang dengan beberapa anak buah yang siap untuk menerima umpan dari seorang dalang. Seorang dalang melantunkan satu padalisan pupuh, padalisan selanjutnya dilantunkan oleh para penyanyi secara bergiliran. Kesenian ini biasanya dipertunjukan pada saat syukuran kelahiran bayi. Seni Gaok ini sama halnya dengan Seni Beluk dari daerah Banjaran, Bandung, hanya yang membedakan adalah logat atau dialek daerah tersebut. Sumber penelitian ini adalah sebuah naskah yang berjudul Wawacan Samun yaitu salah satu wawacan yang dimiliki oleh dalang dalam Seni Gaok di Majalengka yaitu Bapak Rukmin. Tujuan dari penelitian ini adalah menyajikan identitas naskah, menyajikan kasus salah tulis, menyajikan edisi teks yang dianggap mendekati aslinya dan mudah dibaca, dan menyajikan teks naskah dalam bahasa Indonesia. Dalam naskah Wawacan Samun memiliki dua judul dan cerita yang berbeda yaitu berjudul Wawacan Samun dan yang kedua berjudul Wong Becik Ketiti, Wong Ala Ketara. Tetapi judul yang kedua tidak digunakan dalam Seni Gaok. Oleh karena itu, hanya dilakukan penelitian pada Wawacan Samun karena berkaitan dengan Seni Gaok. Naskah asli dari Wawacan Samun ditulis oleh Bapak Wangsaharja (almarhum), ditulis pada kertas merk Roterdam, dengan alat tulis dan tinta (Parker). Ditulis dengan aksara Pegon, berbahasa 1 Wawacan adalah cerita panjang yang digubah dalam rangkaian jenis-jenis pupuh. (Antologi Puisi Sunda) Sunda. Sayangnya naskah asli wawacan tersebut hilang setelah Bapak Rukmin pergi bertransmigrasi. Berdasarkan uraian yang dikemukakan sebelumnya, dapat dikemukakan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini, diantaranya: (1) Bagaimana keadaan Naskah WS? (2) Kasus salah tulis apa saja yang terdapat pada naskah WS? (3) Bagaimana edisi teks naskah WS yang dianggap mendekati aslinya? (4) Bagaimana terjemahan teks naskah WS dalam bahasa Indonesia agar mudah difahami oleh masyarakat luas? Berdasarkan hasil identifikasi masalah, tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Menyajikan identitas naskah WS guna memberi gambaran akan kondisi naskah ketika penelitian ini dilakukan. (2) Menyajikan kasus salah tulis yang terdapat pada naskah WS. (3) Menyajikan edisi teks naskah WS yang dianggap mendekati aslinya dan mudah dibaca. (4) Menyajikan teks naskah WS dalam bahasa Indonesia agar dipahami oleh masyarakat luas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis, yaitu mencatat, menuturkan dan menafsirkan data melalui suatu proses pemahaman yang akan bergantung pada keadaan data. Metode kajian yang digunakan adalah metode kajian naskah tunggal, edisi standar. Pembahasan Ilmu filologi tumbuh berkembang di kawasan kerajaan Yunani, salah satunya di kota Iskandariyah. Awal kegiatan filologi di kota Iskandariyah pada abad ke-3 SM. Filologi secara harfiah berarti cinta pada kata-kata, filologi selalu asyik dengan kata-kata yang terdapat dalam teks. Kata-kata diperbandingkan, dipertimbangkan, dibetulkan, dijelaskan asal-usulnya sehingga jelas bentuk dan artinya. kajian utama filologi adalah teks-teks lama yang terdapat di naskah. Oleh karena itu, harus dibicarakan juga hal-hal yang berkaitan dengan seluk-beluk naskah dan teks. Pengertian dari naskah adalah semua bahan tulisan tangan peninggalan nenek moyang kita yang ditulis pada kertas, lontar, kulit kayu, dan rotan. Sementara istilah teks menunjukan pengertian sebagai suatu yang abstrak sedangkan naskah menunjukan pengertian sebagai suatu yang konkret. Melalui kritik teks dengan berbagai metode berusaha mengembalikan teks ke dalam bentuk aslinya sebagaimana diciptakan oleh penciptanya. tujuan kritik teks adalah memperbaiki kesalahan supaya merekontruksi teks aslinya. Kegiatan filologi disebut juga sebagai studi teks yaitu suatu studi yang melakukan kegiatan dengan mengadakan kritik terhadap teks atau kritik teks. metode edisi naskah tunggal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu (1) Metode standar adalah metode yang biasa digunakan dalam penyuntingan teks naskah tunggal. dan (2) metode diplomatik adalah metode yang kurang lazim digunakan dalam penyuntingan naskah. Adapun penyimpangan yang terjadi dapat dikategorikan menjadi empat kategori yang dikemukakan oleh Reynold dan Wilson (dalam Robson, 1994), sebagai berikut: a. Substitusi (penggantian) b. Omisi (penghilangan) c. Adisi (penambahan) d. Transposisi (perubahan) Sementara itu, proses penerjemahan pada teks menggunakan penerjemahan saduran karena penerjemahan mengutamakan pada isi pesan, sedangkan bentuknya disesuaikan dengan kebutuhan pembaca dalam BSa (Bahasa Sasaran). Proses penerjemahan ini digunakan dalam mengedisi teks Wawacan Samun. Identifikasi Naskah Setiap naskah memiliki unsur yang berbeda, dengan demikian identifikasi naskah dilakukan dengan pola yang berbeda (Kalsum, 2006). Salah satunya dapat dilakukan dengan mendeskripsi naskah itu sendiri. Berikut deskripsi naskah WS : Deskripsi Naskah 1. Judul; a. dalam teks : - b. luar teks : Wawacan Samun (h. judul) c. umum : Wawacan Samun 2. Nama pengarang : Wangsaharja (h. 1) 3. Bahasa : Sunda dan cuplikan yang lain, 4. Aksara/huruf : Latin 5. Bentuk Karangan : Puisi,(wawacan) 6. Kode koleksi : - 7. Tarikh Penyusunan : - 8. Tempat Penyusunan :? 9. Pemrakarsa penyusunan :? 10. Tarikh penyalinan : 1 Desember Tempat penyalinan : Dusun Tarikolot, desa Kulur, Sindangkasih, Majalengka 12. Nama penyalinan : Bapak Domo 13. Pemrakarsa penyalinan : Jilid : 1 dari Ukuran a. sampul : 20,3cm X 14,7cm b. halaman : 20,3cm X 15cm c. ruang tulisan : 17cm X 15 cm 16. Bahan naskah : Kertas 17. Jenis kertas : Kertas bergaris dalam negeri 18. Cap kertas : Tebal naskah : 202 halaman a. Halaman kosong : 153, , , (24 h) b. Halaman yang ditulisi : 1-152, , , , Penomoran halaman : ditulis oleh pencatat angka latin, pulpen, tengah atas 21. Keadaan fisik : Kertas bergaris, warna menguning, sebagian masih terang, mudah dibaca, menggunakan tinta biru, penulisan isi naskah menggunakan tinta berwarna biru dan hitam, di setiap penamaan pupuh diberi penebalan pada tulisan, penomoran ditulis dengan menggunakan tinta warna hitam, sampul berwarna coklat sebagian robek dan jilid terlepas dari naskah. Dalam jilid terdapat tanggal penyalinan naskah dan gambar dua pelajar yang memakai seragam sekolah dasar. Dalam halaman pertama terdapat gambar tokoh wayang. 22. Asal naskah : Kulur, Sindang Kasih, Majalengka 23. Pemilik naskah : Bapak Rukmin 24. Keterangan Umum : Teks secara ringkas menceritakan tentang kisah dua orang anak kembar dari Negri Bandar Alam yaitu Gandawardaya dan Gandasari, putra dari seorang Patih dari kerajaan yang berada di Bandar Alam yang di rajai oleh Raja Dita yang sangat gagah perkasa. Patih tersebut tidak lama kemudian meninggal dunia dan meninggalkan dua orang anak bersama istrinya. Setelah patih meninggal dunia, kemudian istrinya dipersunting oleh seorang Kiai dan kedua anaknya mempelajari dan di ajari ilmu tentang agama islam oleh ayah tirinya. Kedua anak itu harus meninggalkan kampung halamannya karena difitnah mempelajari ilmu yang akan menggantikan Raja di Bandar Alam, raja murka dan memerintahkan patihnya untuk membunuh kedua anak tersebut. Setelah meninggalkan kampung halamannya, singgahlah di tepi laut dan bertemu dengan seorang mayang. Seorang mayang tersebut memiliki anak yang bernama Samun. Tidak lama kemudian kedua anak itu mengikuti mayang tersebut pulang ke rumah mayang dan menetap disana. Samun tidak menyukai kedua anak itu dan berusaha menghilangkan kedua anak tersebut. Kisah dilanjutkan sampai penokohan beranjak dewasa. Berdasarkan informasi dari pemilik naskah, naskah ini disalin dari naskah yang beraksara pegon. Naskah yang digunakan adalah naskah salinan dari naskah asli yang beaksara pegon. Teks digubah dalam 11 pupuh: Asmarandana, Sinom, Kinanti, Dangdangula, Pucung, Magatru, Maskumambang, Gambuh, Mijil, Pungkur, Durma. Tanda baca yang digunakan dalam teks WS adalah : Tanda Padalisan : (,) Tanda Pada Tanda Pupuh : b, O : bbb, OOO 25. Data pencatat : Irna Kayati Dewi Keunikan Konvensi Pupuh Jurusan Sastra Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Pada naskah WS konvensi pupuh yang digunakan ada yang tidak sesuai dengan konvensi pupuh yang telah ada. Konvensi pupuh adalah ketidaksesuaian pola metrum pupuh pada wawacan dengan pola metrum pupuh dalam sumber MA Salmun. Beberapa keunikan konvensi pupuh yang terdapat dalam naskah WS. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4: Beberapa Konvensi Pupuh pada Naskah WS No. Nama pupuh Gurugatra (jumlah larik tiap bait) Guruwilangan dalam MA Salmun Konvensi pupuh dalam naskah WS 1 Sinom 9 8,8,8,8,7,8,7,8,12 8,8,8,8,8,8,8,8,12 2 Dangdanggula 10 10,10,8,7,9,7,6,8,12,7 10,10,8,8,8,6,8,12,8 3 Asmarandana 7 8,8,8,8,7,8,8 8,8,8,8,8,8,8 4 Pangkur 7 8,11,8,7,12,8,8 8,12,8,8,12,8,8 5 Durma 7 12,7,6,7,8,5,7 12,8,6,8,8,5,8 6 Gambuh 5 7,10,12,8,8 8,8,8,8,8 Tabel 6: Penggunaan Pupuh No Nama Pupuh Jumlah Pada I. Asmarandana/Asmaran 15 II. Sinom 12 III. Kinanti 17 IV. Dangdanggula 11 V. Pucung 17 VI. Magatru 23 VII. Maskumambang 16 VIII. Kinanti 26 IX. Gambuh 15 X. Asmarandana 19 XI. Sinom 15 XII. Magatru 29 XIII. Kinanti 16 XIV. Mijil 24 XV. Pangkur 18 XVI. Durma 9 XVII. Asmaran (dana) 16 XVIII. Dangdanggula 12 XIX. Gambuh 10 XX. Pangkur 15 XXI. Asmaran (dana) 22 XXII. Kinanti 19 XXIII. Maskumambang 16 XXIV. Dangdanggula 12 XXV. Pangkur 18 XXVI. Durma 23 XXVII. Kinanti 31 XXVIII. Magatru 33 XXIX. Mambang (maskumambang) 20 XXX. Asmarandana 21 XXXI. Sinom 14 XXXII. Dangdanggula 13 XXXIII. Mijil 18 XXXIV. Asmarandana 24 XXXV. Kinanti 19 XXXVI. Magatru 26 XXXVII. Dangdanggula 18 XXXVIII. Sinom 24 XXXIX. Kinanti 35 XL. Asmaran(dana) 19 XLI. Dangdanggula 12 XLII. Pangkur 15 XLIII. Durma 18 XLIV. Sinom 11 XLV. Kinanti 13 XLVI. Mijil 16 XLVII. Dangdanggula 15 XLVIII. Pangkur 15 XLIX. Durma 29 L. Asmaran(dana) 27 LI. Sinom 10 LII. Kinanti 17 Contoh-contoh kasus salah tulis dalam naskah WS di antaranya: a. Substitusi Vokal Substitusi merupakan kasus salah salin/tulis akibat dari salah baca penyalin karena kemiripan bentuk huruf dalam tulisan. No Teks Naskah Suntingan Vokal 1 Anabut Manak Njasana Tumanggung Parajurit Anebut Ménak Nyesana Tumenggung Perejurit tertukar a e 001/02 013/03 137/05 320/04 711/02 Keterangan b. Omisi Vokal Omisi adalah kasus salah tulis akibat kelalaian penyalin sehingga terjadi kehilangan atau tidak tercantum. NO Teks Naskah Suntingan Pd/Pdl 1 Øge (o)gé 417/06 2 jisøm Jis(i)m 446/02 c. Adisi Vokal Adisi vokal adalah kasus salah tulis yang terjadi akibat penambahan vokal pada kata yang disebabkan penyalin salah menyalin huruf. Adisi vokal yang terdapat dalam naskah WS, diantaranya: NO Teks Naskah Suntingan Nomor Pada 1 Heunteu Ngahuleung Ingeut He[u]nteu Ngahule[u]ng Inge[u]t 047/02, 120/05, 578/ /04 122/04, 453/04. d. Transposisi Transposisi adalah penyalinan beberapa huruf dalam kata atau perubahan urutan kata (Reynold & Wilson dalam Prodotokusumo, 1986: 164). Transposisi Gurulagu No. Teks Naskah Suntingan Nomer Pada 1 Di Kulur kuring nya di Kulur kuring nya imah 002/05 matuh 2 Si Samun indit ngalewes Si Samun indit ngaleos 140/05 Dengan demikian, penyimpangan kasus salah tulis/salin dalam naskah WS secara keseluruhan berjumlah 1320 buah kasus. Dengan rincian sebagai berikut : a. Substitusi sebanyak 96 buah kasus. b. Omisi sebanyak 689 buah kasus. c. Adisi sebanyak 439 buah kasus. d. Transposisi sebanyak 96 buah kasus. Keseluruhan kasus tersebut dapat dipersentasikan sebagai berikut : 1. Substitusi : 96 x 100 = 7,272% Omisi : 689 x 100 = 52,196% Adisi : 439 x 100 = 33,257% 1320 4. Transposisi : 96 x 100 = 7,272% 1320 Simpulan : Skripsi ini berjudul Wawacan Samun, Salah Satu Cerita dalam Kesenian Gaok Dari Daerah Majalengka: Edisi Teks dan Terjemahan. Tujuan dari penelitian ini menyajikan identifikasi naskah, kasus salah tulis, suntingan teks Wawacan Samun (WS), dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia. Sumber data yang digunakan, sebuah naskah WS beraksara Latin, berbahasa Sunda, puisi wawacan. Pemilik naskah saat ini adalah Bapak Rukmin seorang dalang dalam Kesenian Gaok di dusun Tarikolot, desa Kulur, kecamatan Sindangkasih, kabupaten Majalengka. Metode kajian filologis yang digunakan adalah metode edisi naskah tunggal, edisi standar. Setelah dilakukan penganalisisan terhadap naskah WS, maka dapat ditemukan kesalahan-kesalahan tulis, meliputi kasus-kasus salah tulis : Substitusi ( 7,272% ), Omisi ( 52,196% ), Adisi ( 33,257% ), dan Transposisi ( 7,727% ). Kasus salah tulis yang paling banyak adalah Omisi. Hal ini membuktikan bahwa penulis/penyalin cenderung lalai sehingga terjadi kehilangan atau tidak tercantum. Naskah ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan metode terjemahan saduran yang menekankan pada isi pesan yang disampaikan supaya lebih dimengerti oleh pembaca dan relatif difahami oleh orang Sunda masa kini. Dalam penerjemahan guru lagu dan guru wilangan tidak sesuai dengan isi naskah karena menekankan pada isi pesan yang disampaikan. Daftar Sumber: Baried, Siti Baroroh dkk Pengantar teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Darsa, Undang A. 2002/2003. Metode Penelitian Filologi. Jatinangor. Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Djamaris, H. Edward Metode Penelitian Filologi. Jakarta: CV Manasco. Kalsum. 1998/1999. Pendekatan Sosiologis Terhadap Wawacan Gandasari. Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Kalsum Wawacan Batara Rama: Kajian Struktur, Intertekstualitas dan Edisi Teks (Disertasi). Bandung: Universitas Padjadjaran. Kalsum & Rahmat Sopian Wawacan dalam Khasanah Sastra Sunda Dan Suntingan Teks Wawacan Rawi Mulud. Jatinangor: Sastra Unpad Press. Nooduyn, J & A. Teeuw Tiga Pesona Sunda Kuna. Bogor: Pustaka Jaya. Pradopokusumo, Partini Sarjono, Kakawin Gajah Mada (Sebuah Karya Sastra Kakawin Abad ke-20: Suntingan Naskah serta Telaah Struktur, Tokoh dan Hubungan Antarteks). Salmun, M.A Kandaga Kasusastraan Sunda. Djakarta: Ganaco. Satjadibrata, R Kamus Sunda-Indonesia. Bandung: Kiblat Buku Utama. Suryani, Elis Filologi: Teori, Sejarah, Metode, dan Penerapannya. Bandung. LAMPIRAN I HALAMAN AWAL NASKAH WS LAMPIRAN II HALAMAN TENGAH NASKAH WS LAMPIRAN III HALAMAN AKHIR NASKAH WS